Catatan akhir tahun



Bismillahirrahmanirrahim....

Sebentar lagi, Tahun 2012 akan berlalu dalam hitungan menit. Setiap orang pasti mengalami banyak hal di tahun ini. mulai dari yang paling menyenangkan sampai yang paling menyakitkan. Semua peristiwa yang dialami, perlahan akan mengental dalam kenangan. Menjadi suluh sekaligus pelajaran berharga untuk menuju pada fase hidup selanjutnya.

Di tahun 2012 ini, saya yakin, hampir setiap orang pernah melakukan kebaikan, sekecil apa pun. Bisa juga pernah melakukan keburukan, meski tak pernah diniatkan. Renik kehidupan yang seolah “hitam-putih” itu selalu melingkupi hidup manusia. Apalagi dalam hitungan tahun perjalanan hidupnya. Maka, butuh kearifan untuk menyikapinya. Tinggalkan yang buruk, lestarikan yang baik. celakanya, rata-rata, orang akan lebih mengingat kesalahan kita dari pada mengingat kebaikan yang pernah kita lakukan. Untuk itulah, dibutuhkan sikap kehati-hatian di setiap kali akan melakukan tindakan apapun. Karena baik untuk kita, belum tentu baik untuk orang lain.

Bisa saja sebenarnya kita berlindung dibalik pepatah lama “Tak ada gading yang tak retak”
karena ini merupakan refleksi dari kehidupan manusia yang memang berpotensi untuk melakukan kesalahan. Akan tetapi, bukan berarti hal itu selalu dijadikan alasan setiap kali berbuat salah. Sejatinya, kesalahan yang pernah kita perbuat haruslah dijadikan pengingat agar kita bisa memperbaikinya; agar kita bisa lebih baik dari sebelumnya. Sebagai manusia, memang sulit atau bahkan sangat tidak mungkin untuk tidak melakukan kesalahan. Maka, yang terpenting adalah bagaimana memperbaiki kesalahan itu agar tidak terulang lagi di masa yang akan datang.

Manusia yang bijak tidak akan terjatuh di tempat yang sama untuk kedua kalinya. Semoga di akhir tahun ini, kita—terutama saya—bisa belajar dari kesalahan yang pernah dibuat, agar bisa melakoni hidup yang lebih baik. Menatap masa depan yang lebih cerah untuk menggapai cita dan cinta yang sebenarnya.

Kalau pun masih ada rasa pedih lantaran kenyataan pahit yang pernah dialami, itu sangat wajar. Jangan disesali. Rasa sakit, kesedihan, penderitaan yang pernah kita rasakan di tahun ini, adalah anugerah yang akan membuat kita semakin dewasa. jadi, berterimakasihlah pada rasa sakit. berterimakasihlah pada orang-orang yang telah "menyakiti" kita. tanpa mereka, kita tidak akan sekuat sekarang. tanpa orang-orang itu, kita tidak akan setegar sekarang. jangan menyimpan dendam, karena itu hanya akan mengotori dunia dan seisinya. Satu-satunya hal yang harus kita lakukan adalah mensyukurinya. Bersyukur karena kita bisa mengalami hal-hal seperti itu. Tanpa penderitaan, rasa sakit, pilu, juga sedih, mungkin kita masih belum bisa sepenuhnya menghargai arti hidup yang sebenarnya.

Jadilah sebaik-baiknya orang yang bisa menerima setiap kenyataan dengan penuh rasa syukur. Yakinlah,,, bahwa hidup itu berputar. Tidak selamanya kita akan menangis. Suatu saat nanti, akan tiba saatnya bagi kita untuk tersenyum penuh kebahagiaan.

Selamat tinggal tahun 2012.
Terimakasih untuk segala gurat kenangan di rentang hari-harimu.


Wallahu a’lamu bish_shawab.

selepas kongres...

 
Gelaran Kongres Kebudayaan Madura II (KKM-II) sejak tanggal 21-23 Desember 2012  sudah berakhir. Terlepas dari pro dan kontra, kongres berjalan dengan lancar. Semua agenda terlaksana dengan baik. kalau pun ada kendala adalah orasi budaya yang semestinya diawal kongres, harus diundur ke hari terakhir, karena Bapak Mahfud MD kebetulan masih di luar negeri. Alhamdulillah,,, hari terakhir, ketua Mahkamah Konstitusi itu benar-benar hadir sebagai pembicara di KKM-II.

Banyak hal yang saya peroleh dari gelaran KKM-II. Banyak ilmu baru yang saya dapatkan di sana. Baik dari nara sumber di seminar kebudayaan, atau melalui diskusi sidang komisi dan sidang pleno, maupun dari diskusi-diskusi ringan dengan beberapa peserta di meja makan saat istirahat.

Saya merasa beruntung bisa bertemu dengan orang-orang hebat seperti Prof. Dr. Mien A. Rifai, Dr. A. Latief Wiyata, Prof. Dr. H. A. Syukur Ghazali, M.Pd, D. Zawawi Imron, Wiwik Afifah, MH., Mahfud MD, juga beberapa tokoh penting nasional lainnya yang semua berasal dari Madura. oh iya,,, saya juga bertemu dengan Mbak Lely dari balai bahasa Jawa Timur. setelah sempat ngobrol, Alhamdulillah,,, beliau menjanjikan beberapa buku dan majalah untuk dikirim ke alamat saya. salah satunya adalah Buku Tata Bahasa Madura.

Ada kebanggaan menjadi orang Madura. Tapi tentu saja tidak cukup dengan sekadar bangga. Harus ada wujud nyata untuk membuktikan bahwa para pemuda Madura juga bisa melestarikan berbagai khasanah kebudayaan Madura. Bahwa pemuda Madura juga mampu mengemban amanah dari nenek moyang terdahulu. Inilah generasi Madura. Setiap orang  yang lahir dan minum air di Madura, harus bisa menjaga dan melestarikan kebudayaan Madura. Sebab “Madura, akulah darahmu” teriak D. Zawawi Imron dalam salah satu puisinya.

Sebagai salah satu peserta yang berasal dari desa kecil di wilayah utara, saya juga bersyukur bisa bertemu dan berbincang dengan orang-orang hebat yang selama ini berkecimpung dalam kancah seni budaya Madura. Beberapa diantaranya adalah Abd. Kadir, En. Hidayat, Salamet Wahedi, Em. Ridwan, M. Fauzi, Hidayat Raharja, Agus Suharjoko, Agus Gepeng, dan beberapa pegiat seni lainnya. Saya merasa kecil berada di tengah-tengah mereka.

Usai penutupan, sembari menikmati makan siang, saya kembali duduk dengan teman-teman lama yang juga hebat. Abd. Wasit, Moh. Syafi’i, Abdurrahman, Sukron, Zainuddin dan beberapa lainnya. Mereka adalah Guru di beberapa sekolah. Dari mereka saya juga belajar banyak hal. Di tengah obrolan kami, tiba-tiba tiga orang perempuan berjilbab datang. Mereka duduk di kursi yang melingkari meja makan kami setelah sebelumnya minta ijin. Tentu saja kami persilahkan. Lalu obrolan mengalir dengan santai. Mereka juga ikut nimbrung. Hingga suatu saat, mereka memperkenalkan diri.

Jika tak salah ingat, namanya Kartini, seorang guru muda di salah satu sekolah Favorit di Sumenep. Aktif di beberapa organisasi. Saat ini, ia konsen di bidang pemberdayaan masyarakat pinggiran. Lalu Khairun Nisa, Mahasiswi Unibraw yang berasal dari banyuwangi. Menjabat sebagai ketua organisasi intra di kampusnya, juga Respek terhadap kegiatan-kegiatan sosial. Dan yang terakhir adalah Sherly. Mahasiswi Unibraw yang tahun 2012 menjadi juara Pemuda Pelopor se-Indonesia. Beberapa kali mewakili Indonesia untuk kegiatan akademik ke luar Negeri. Bulan maret 2013, ia akan mewakili Unibraw untuk mengikuti lomba debat dengan salah satu Universitas di Hong Kong. Keinginannya untuk tahu Madura membuatnya hadir di kongres kebudayaan Madura II.

Lalu teman-teman saya yang lain mengenalkan diri juga. Lengkap dengan prestasi dan aktifitasnya yang rata-rata sangat banyak. Sebagai orang yang sudah terbiasa dengan aktifitas organisasi, ditambah pengalaman yang sudah banyak, mereka terlihat begitu antusias menceritakan pengalaman masing-masing. Rata-rata memang hebat. Hingga sampailah giliran saya untuk mengenalkan diri. Beberapa saat lamanya saya terdiam sambil melihat mereka. Dalam hati kecil saya timbul pertanyaan, apa yang harus saya sampaikan? Saya hanya orang desa yang kebetulan menjadi peserta KKM-II.

“Saya Avan. Tinggal di desa kecil di wilayah utara. Saat ini, saya masih belajar menjadi seorang penyiar radio.” Ucap saya sambil tersenyum. Sementara teman-teman yang lain pada bengong. kenapa ya,,,? ah,,, sudahlah,,, saya malah berpikir, selepas kongres apa yang harus saya lakukan untuk melestarikan budaya Madura?

salah satu budaya madura adalah tidak bersikap "cangkolang". yang muda duduk di belakang. jika duduk di depan orang yang lebih tua, dianggap tidak sopan (cangkolang).


Belajar merayu,,,


Dik,,, senjanya cantik yah,,,
He’em mas,,, seperti siapa ya,,,?
Seperti adik lah,,,
Ah,,, Mas ini bisa aja…

Hening…
Semenit,,,
Tiga menit,,,
Lima menit….


Dik,,, lihat, ada pelangi kembar diantara senja…
He’em mas… indah ya…
Iya dik,,, seindah kamu…
Ih,,, gombal…

Hening lagi…
Semenit…
Tiga menit,,,
Lima menit…


Dik,,, senjanya cantik yah,,,
Lho,,, tadi kan sudah mas??

nyengirsambiltepokjidat.com

Wishing to love you,,,


I'm loosing my heart to you,,,

Aku mengernyitkan kening membaca sms berbahasa inggris darimu. Maklumlah,,, aku tak pandai bahasa inggris. Hanya sekedar tahu beberapa kata saja. Jadi harus kerja keras untuk mengartikannya meski hanya satu baris kalimat. Tapi kemudian, aku tersenyum dibuatnya. Dalam hati, menyemai tanya. Benarkah?

Tentu aku tidak bisa mencari jawabnya sekarang. Sebab jawaban satu-satunya tetaplah ada dalam dirimu. Dalam hatimu. Aku hanya mencoba untuk percaya. Karena menurutmu, setiap kata adalah sabda. Dengan begitu, aku yakin kau tidak sedang main-main dengan kata-kata.

Apakah itu pertanda cinta? Tanya hatiku. Kembali aku juga tak punya jawaban apa-apa dengan pertanyaan semacam itu. Aku belumlah bisa menyimpulkan ikhwal perasaan. Apalagi perasaan orang lain. Karena dulu,,, beberapa kali aku sempat salah menafsir perasaan orang lain. Termasuk perasaanmu.

Ah,,, saat teringat cinta, tiba-tiba aku juga teringat salah satu status yang ditulis oleh Bapak Mario Teguh di akun FBnya. Beliau menulis begini:

Cinta tidak dibangun oleh panjangnya waktu perkenalan, tapi oleh kesesuaian jiwa. Jika dua jiwa tidak sesuai bagi satu sama lain, tidak ada jumlah waktu yang cukup untuk menjadikan mereka belahan jiwa.
Tapi jika jiwa mereka sesuai, bahkan sebelum mereka bertemu pun – mereka sudah belahan jiwa bagi satu sama lain, hanya saja belum ditemukan oleh Tuhan.
Semoga Tuhan tidak menunda lebih lama lagi pertemuan dengan belahan jiwa Anda yang juga sedang hidup dalam kerinduan untuk ditemukan dengan Anda.
Aamiin

Aku mengamini kalimat bijak itu. Kemudian perlahan aku melirik ke dalam hati. Bertanya, siapakah kira-kira penghuninya? Meski nyaris tak terdengar, tapi jelas sekali ia menyebut namamu. Aku bertanya kembali untuk memastikan, tapi tetap saja ia menyebut namamu. aku tersenyum dibuatnya.

Lalu aku mulai membuka beberapa kenangan yang sempat tersimpan dalam benakku. Ada kamu disitu. Ada cerita tentang kita juga. Ketakutanmu untuk jujur padaku. Tangismu yang tiba-tiba pecah di telepon. Detik-detik saat kau tersipu mendengar panggilan baru dariku. Tentang warna baju dan kerudung yang kau pakai menemuiku di pelabuhan. Tentang Goldenwilk and the three bears yang kau dongengkan lewat teleponn menjelang aku lelap. Tentang pecel Lele buatanmu. juga tentang waktu yang terasa begitu cepat saat kita bersama. Lalu aku menyadari kebenaran kalimat Mario Teguh “Cinta tidak dibangun oleh panjangnya waktu perkenalan, tapi oleh kesesuaian jiwa.” Bukankah kita memang merasa sudah menjadi belahan jiwa masing-masing? Ya,,, aku menemukan buktinya, bahwa ada yang asing jika sehari saja tanpa kabar darimu, saat itu. Bahkan sampai saat ini.

Wishing to love you,,,
Balasku sedikit narsis dengan bahasa inggris. Padahal aslinya tidak tahu, benar atau salah. ^_^


Rapat,,,, (lagi?)



Sudah menjadi kebiasaan, bahwa setiap menjelang Ujian Akhir Semester (UAS), di hampir semua lembaga penyelenggara pendidikan menggelar rapat. Tujuannya, sebagai media Evaluasi pelaksanaan KBM selama satu semester dan persiapan pelaksanaan UAS (pembagian jadwal pengawas ruang, pengumuman susunan panitia UAS, penyetoran nilai, pembagian rapor, liburan, dll.)

Kegiatan klasik yang—menurut saya—(rata-rata) membosankan ini berlangsung setiap enam bulan sekali. Hal-hal yang dibahas hanya itu-itu saja. siswa nakal, seragam, surat ijin, kedisiplinan, presensi siswa, piket, dan,,, pokoknya yang itu-itu sajalah. Bukan tidak penting sebenarnya membahas hal-hal seperti itu. Tetapi justru hal yang paling esensi malah terpinggirkan. Bagaimana meningkatkan kwalitas akhlak dan prestasi siswa. Apalagi saat ini, kita dihadapkan pada brutalnya arus informasi yang tidak kepalang tanggung. Beberapa kasus justru mencoreng nama baik dunia pendidikan. Ah,,, tak perlulah, saya sebutkan. Karena saya yakin banyak yang paham tentang penyelenggaraan UN yang tidak jujur. Mulai dari “sengaja” membocorkan soal, memberikan contekan pada siswa di dalam kelas, sampai menggunakan sistem “gudang”. Yang penting lulus. Masalah jujur atau tidak, itu mah belakangan.

Lalu,,, hal lain yang mencoreng dunia pendidikan adalah mencuatnya kasus jual beli Ijazah juga. mereka yang ogah menempuh pendidikan, lebih memilih cara instan. Menyediakan sejumlah uang, lalu ditukar dengan selembar ijazah aspal. Sedangkan ilmu yang seharusnya menjadi tujuan utama malah diabaikan. Lalu bagaimana mungkin akan menjadi pribadi yang cerdas dan baik? ah,,, bukankah ini juga mencoreng nama baik dunia pendidikan? Lalu siapa yang harus disalahkan? Entahlah…

Sekarangpun muncul “prahara” baru. yaitu rencana penerapan kurikulum 2013. Apa sih yang ada dalam benak para petinggi dunia pendidikan itu? Apa hanya pengen gagah-gagahan saja dengan pepatah ganti menteri ganti kurikulum? Padahal, dunia pendidikan di daerah-daerah itu justru lebih membutuhkan perhatian khusus dari pada terjebak dengan penerapan kurikulum baru yang itupun belum tentu bisa menyentuh lapisan penyelenggara pendidikan di daerah. Apalagi kesiapan Tenaga Pendidiknyapun sangat-sangat diragukan.

Bukan hendak menyepelekan kemampuan para guru, tetapi kabar dari KOMPAS, 5 Desember 2012, cukup membuat miris. Dikabarkan, bahwa rata-rata, guru hanya memperoleh pendidikan dan pelatihan satu kali selama menjadi guru. bahkan jika di daerah-daerah terpencil atau kepulauan—seperti di tempat saya, paling hebatnya ya ikut diklat prajabatan. Selebihnya, tidak ada. Lalu bagaimana mungkin akan menjawab tantangan kurikulum 2013 yang konon lebih di tekankan pada penggalian kreativitas siswa? Sedangkan untuk itu, tentu saja dibutuhkan metode yang berbeda dibanding sebelumnya. Memang sih, pemerintah berencana untuk mentraining 40.000 tenaga pendidik untuk dijadikan Trainer. Tapi sampai kapan? Sedangkan Indonesia terdiri dari berbagai pulau dan daerah terpencil. Bisakah menjangkau daerah-daerah terpencil? Saya tidak yakin.

Ah,,, sudahlah… memikirkannya malah semakin membuat saya pusing (atau bosan?). saya hanya berharap, dunia pendidikan di Indonesia semakin maju. Kualitas Akhlak peserta didik juga semakin bagus, agar tidak ada lagi kabar miris tentang cerdasnya seseorang dalam menilep uang rakyat. Duh,,, itu jelas-jelas bukan keberhasilan produk pendidikan. Tapi kegagalan.

Ah iya,,, saya lupa, hari ini mau ikut rapat ding. Meski sejujurnya, dalam benak saya, rapat terkadang menjadi agenda tahunan yang kebanyakan membosankan. Rapat hanya sekadar jebakan formal untuk debat kusir. Hasilnya? Masih dipertanyakan. Tapi,,, tentu saja tidak semua rapat membosankan. ada juga rapat yang  mengasyikkan. yuhuuu,,,, semoga rapat kali ini masuk kategori yang terakhir.
Tralala,,, trilili,,, trululu,,,  ^_^

Menu ala santri,,,



Siang ini, selepas jam kantor saya pulang ke Pondok Pesantren tempat saya menimba ilmu. Rasa lapar sudah mengusik perut. Sebenarnya saya bisa langsung makan di warung atau membungkusnya untuk makan di pondok, karena saya tidak boleh telat makan. Obat dari dokter yang mengharuskan saya makan tepat waktu. Tapi hari ini saya sengaja mengabaikannya. Ada kerinduan untuk masak bareng teman-teman dan makan bersama dengan menu ‘ala kadarnya’ seperti dulu (meski sekarangpun masih sering makan ala kadarnya. hiks...).

Maka,,,
“tereeeenggg….” sebagian Jamaah Galaupun berkumpul; Hermawan, Salamet, Imam, Zainuddin dan saya. hehe... kami siaga dengan tugas masing-masing. bersi'in talam, panci, nyuci beras, dan ngidupin kompor. Masakpun dimulai. Hanya nasi.
Lauknya? No,,, no,,, no… tanpa lauk. Hanya kacang. Lalu dibuatlah sambal kacang tanpa cabe. Saya tidak suka pedes. Sedangkan teman-teman yang lain, yang suka pedes, sudah menyiapkan cabe sebagai lauk. ^_^

Bismillaahir rahmaanir rahiim…
Allaahumma Baarik lanaa fiimaa razaqtanaa waqinaa ‘adzaaban naar…
(Dengan menyebut nama Allah,, yang maha pengasih lagi Maha Penyayang…
Ya Allah,,, berkahilah kami dalam rezeki yang telah Engkau berikan kepada kami dan peliharalah kami dari siksa api neraka…) selesai berdoa, makanpun dimulai. Nasi putih, sambal kacang, dan keripik singkong. Tanpa ikan? ya. memang tanpa ikan. Tanpa sayur. Tanpa kuah. Dan tanpa menu yang lainnya juga.

Rasanya?
Subhanallah… nikmat Allah itu bisa kami rasakan dalam makanan yang sederhana. Kami berlima makan dengan lahap. Terkadang kami sambil lalu tertawa dengan riangnya. Bukan menertawakan orang lain. Tapi meluapkan kebahagiaan kami yang masih diberi kesempatan makan dengan nikmatnya meski dengan menu ala kadarnya. Kami tertawa tidak dengan arti yang negatif. Keriangan ini sebagai bentuk syukur pada Allah karena nikmat yang diberikanNYA sungguh sangat luar biasa.

Kami makan dalam satu talam besar. Tak ada iri di situ. Tak ada rebutan disitu. Tak ada saling mengambil hak yang lain disitu. Tak ada kebencian karena nasi di talam dimakan yang lain. Tak ada itu semua. Yang ada adalah kebersamaan. Yang ada adalah persaudaraan. Yang ada adalah syukur. Yang ada adalah dentuman rasa haru. Kami makan sampai habis. Tak tersisa. Bahkan, meski nasi tinggal beberapa suapan saja, dengan ikhlasnya kami saling berbagi. Bagi kami, makan bersama seperti itu sudah menjadi kesepakatan tak terucap. Bahwa kami hanya akan berhenti sampai makanan habis.

Tidak boleh menyisakan makanan meski sedikit. Karena dalam benak para santri, sudah tertanam kebiasaan untuk menjaga, dan menggunakan nikmat Allah sebaik-baiknya. Tidak menyia-nyiakannya. Tidak membuang-buangnya. Karena itu mubadzir.

Nasi juga makhluk Allah. Betapa sebutir nasi akan lebih berarti saat dimakan dari pada dibiarkan di atas piring atau talam begitu saja. dibiarkan mengering dan tidak menjadi apa-apa. Kami bersyukur masih bisa makan nasi. Betapa banyak saudara-saudara lain tidak bisa makan nasi lantaran memang tidak ada yang mau dimakan. Betapa banyak orang-orang diluar sana yang untuk makan sisa nasi saja harus mengaisnya dari tong sampah?

Berapa ribu orang yang mati kelaparan lantaran tak ada yang mau dimakan. Maka apa hak kami untuk membuang-buang nasi seperti yang kebanyakan orang-orang kaya lakukan? Hanya bisa makan nasi saja sudah begitu sombongnya dengan tidak menghabiskan. Menyisakannya di piring. Membiarkannya begitu saja. bahkan yang lebih parah lagi, terkadang semua itu dilakukan atas dasar gengsi. Merasa malu jika harus menghabiskan makanan di atas piring karena takut dianggap kelaparan.

Allahu akbar. Wahai orang-orang tak tahu diri dan tak tahu bersyukur. Apakah kalian merasa dengan menyia-nyiakan nasi dalam piring itu sebagai bukti bahwa kalian orang-orang terhormat? Jika untuk beberapa butir nasi saja kalian tidak menghormatinya, bagaimana mungkin akan dihormati oleh orang lain. Apalagi kelak di hadapanNYA?

Subhanallah,,, lebih baik saya makan tanpa ikan, tapi selalu mensyukuri rezeki Allah, dari pada makan dengan berbagai menu masakan tapi tidak tahu cara mensyukurinya. Semoga Allah melindungi kita semua dari kesombongan. Menyelamatkan kita dari keterjerumusan pada golongan orang-orang yang tidak tahu bersyukur.

Wallahu a’lamu bish_shawab.

menu ala santri... Alhamdulillah yah,,,, ^_^

*Untuk Jamaah Galau,,, "ini tangan siapa?" ^_^

duh,,, garuda,,,,


Hampir satu minggu lamanya saya berkutat dengan flu, batuk, demam, dan sakit kepala. Kalau ditanya rasanya, ya,,, pasti tidak enaklah. Mana ada orang sakit enak? Tapi mau gimana lagi? Nikmati aja. Karena sakit bagian dari hidup. ^_^

Setelah periksa ke dokter, 4 hari yang lalu, ternyata saya divonis ke-ca-pek-an. Kurang istirahat dan tidak menjaga pola makan. Huuuftth… lagi. Saya sudah menduganya. Sampai kapan sih, saya bisa menjaga diri? Menjaga pola makan dan istirahat yang cukup? Huhh,,, payah juga kalau begini beeeuuuddhh… (ah,, kenapa saya tiba-tiba alay?).

Next

Lupakan tentang rasa sakit. Lupakan tentang alay. ^_^

Saya mau cerita saja. mala mini, sebagai pemuda yang mencintai bangsa Indonesia secara lahir batin. (halah,,,) saya mulai duduk dengan tenang di depan Ti-Pi. Menunggu laga bergengsi antara Tim kesayangan Garuda Muda vs Harimau Malaya. Dalam hati saya tidak henti-hentinya berdoa. Semoga Andik Virmansyah dkk menang melawan Malaysia. Meski sejujurnya saya cemas sejak jauh-jauh hari. Melebihi kecemasan saya terhadap flu yang saya alami sekarang. (Serius amat,,,). Secara, para pemain Malaysia sudah dalam kondisi siap tempur. Dengan materi pemain yang tidak diragukan lagi. Ditambah, posisinya sebagai sebagai tuan rumah. Apa lagi yang kurang? Tidak ada.

Sedangkan Indonesia, “hanya” bermodalkan materi pemain yang “ala kadarnya”. Banyak wajah-wajah baru dalam Tim garuda yang masih belum teruji kegarangannya. Lalu yang lain kemana? Ngumpetkah? Takutkah? Maleskah? Atau apaaaaa???? (saya geregetan dibuatnya). Tampaknya ini dampak dari carut marutnya wajah persepakbolaan Indonesia. Dualisme organisasi yang menaungi persepakbolaan Indonesia akhirnya berakibat pada materi pemain yang di bawa untuk berlaga ke AFF Suzuki 2012 di Malingsial (Duh,, maaf, Malaysia maksud saya).

Memang, saat menekuk Singapura 1-0 beberapa hari yang lalu. Tim Garuda mulai dielu-elukan. Disanjung sana, disanjung sini. Dipuji sana-dipuji sini. Bahkan, satu-satunya Gol yang diciptakan oleh Andik lewat tendangan bebasnya ke gawang Singapura dinilai oleh banyak kalangan sebagai Gol yang sangat berkualitas dan bertaraf Internasional. Tak tanggung-tanggung. Bang Anas Urbaningrum dan Mas Ibas ikut memujinya. (eh,,, lihatlah,,, saya pun mulai memanggil “Bang” pada Anas Urbaningrum. Dan “Mas” pada Ibas. Apa saya kenal ya’? lupa. ^_^)

Kembali ke Tim Garuda. Siapapun memang tidak meragukan kemampuan Andik Virmansyah. Tapi sepak bola kan tidak hanya sendirian? Ada sebelas orang yang harus bekerja sama untuk memenangkan pertandingan. Kemampuan individu memang dibutuhkan. Tapi kemampuan Tim itu yang sangat menentukan. (duh,,, kebanyakan ngomong. Pertandingan sudah dimulai. Indonesia vs Malaysia.)

Menit-menit pertama pertandingan. Adrenalin saya mulai naik. Beberapa kali nahan nafas dan berteriak-teriak sendiri di depan Ti-Pi. Menyuruh tendang. Nyuruh berlari. Nyuruh hati-hati seolah para pemain yang ada di dalam Ti-Pi itu bisa mendengar suara saya. Aliran semangat terus saya teriakkan melihat agresifitas para pemain Indonesia. Beberapa camilan yang tergeletak tak jauh dari tempat duduk, mulai saya acuhkan. Pertandingan ini benar-benar seru. Batin saya. Saya berharap Gol secepatnya tercipta. Karena saya sudah menyiapkan teriakan paling artistik untuk kemenangan Tim Garuda. ^_^

Tapi,,,,
Apa yang terjadi, saudara-saudara? Tiba-tiba pemain Malaysia merangsek begitu cepat. Umpan panjang dari sektor kanan melengkung dengan sangat manis. Lalu,,,,?? Begitu cepat gerakan Harimau Malaya,,, hingga tiba-tiba. GOOOOOLLLLL……

Saya tercengang. Bengong. Tidak percaya.
Benarkah?
Saya tepuk pipi kanan dan kiri bergiliran. Sakit. Berarti ini benar. Hah??? benar??? Iya!!
Saya tidak terima. Bagaimanapun. Indonesia tidak boleh kalah. Saya geram dibuatnya. Saya masih sibuk berpikir bagaimana gol itu bisa terjadi. Perhatian saya mulai tidak fokus pada pertandingan. Saya sudah kadung ilfil untuk mengetahui siapa yang menciptakan gol. Saya hanya berfikir, kenapa Andik Virmansyah dan bambang Pamungkas tidak diturunkan sejak awal pertandingan? Belum selesai saya mencari tahu. Tiba-tiba adegan mengerikan kembali terbentang di depan mata. Pemain belakang Indonesia dibuat mainan. Sebelum akhirnya salah satu pemain Malaysia berlari cepat, menusuk dari samping kanan, dan GOOOOLLLL….

Horeee…… hidup Mal***sia*… eh,,, Malaysiaa…..  
Lho,,, kok malah neriakin Malaysia???
Habisnya,,, siih…

Saya tertegun. Gawang Indonesia kebobolan lagi???? Astaganaga…. Apes bener nasibmu malam ini Garuda sayang…. Apa sayapmu sudah patah? Tak bisa terbang lagi?

Memang, setiap pertandingan pasti ada yang kalah dan ada yang menang. Tapi kenapa harus kalah pada Malaysia? Kenapa gak kalah pada yang lain saja, gitu… huuufftthh… sesek rasanya dada saya mikir Malaysia. Sepertinya Kita kalah terus. Beberapa pulau sudah dicaplok. Para TKI dijadikan bulan-bulanan. Bahkan ada yang diperkosa. Lagu-lagu daerah, dan beberapa kesenian hendak diakuinya. Bahkan urusan Manohara saja Indonesia telah kalah. Manohara berhasil diambil orang Malaysia, meski sekarang dikembalikan ke Indonesia. Duhh,,, Untung saja Syahrini gagal diambil Bubu. Kalau tidak, maka lengkaplah kekalahan Indonesia.

Duh,,, saya tidak berminat melanjutkan nonton pertandingan itu. malam ini saya berduka. Saya sedih Garuda kalah. Tapi lebih sedih lagi karena kisruh sepak bola Indonesia belum selesai-selesai juga. tapi apakah saya harus mengutuk Indonesia? TIDAK!!
Saya tetap cinta Indonesia. Sampai kapanpun. Saya percaya bahwa tidak ada kekalahan yang abadi. Suatu saat nanti Indonesia pasti akan menang. Pasti. Garuda pasti akan terbang dengan tinggi. Terngiang lagu garuda di dadaku….. //Garuda di dadaku/ Garuda kebanggaanku/ Kuyakin, hari ini (kelak) pasti menang…//