Surat Hati (7): Akulah, Lelaki yang terjebak dalam kutukan Rindu...



Gambarnya Copas google


Akulah, Ay,,, Lelaki yang terjebak dalam kutukan Rindu. Denyar yang mengharu. Perih yang terindah. Membatu di dada. Bahkan, nyaris di setiap hari yang aku tapaki selalu bersepuh pilu. Meski sekuat apapun aku memberontak, tak ayal, gulungan rindu selalu menghantamku. Memporak-porandakan karang keteguhan di dada. Aku luruh dalam rindu. Padamu.

Sebenarnya aku selalu berupaya untuk menghindar Ay,,, lewat dzikir kepasrahan pada Sang Maha Cinta. Atau menapaki sunyi dalam laku perjalanan. Aku senantiasa berharap bisa keluar dari kutukan ini. Tapi tak bisa. Semakin aku berusaha keluar, semakin lesap aku tersaruk di dalamnya. Seperti buih di gulungan ombak. Mengambang dan tak pernah bisa hilang.

Kita memang tidak lagi bersama Ay,,, meski kita tak pernah tahu siapa yang telah pergi. Aku atau kamu? Tapi yakinlah, bahwa tempatmu abadi di sini. Di hati ini. Sejauh apapun kau mengembara, pada akhirnya kau akan menyadari bahwa tempatmu kembali adalah hatiku. Membasuh keluh dan peluh. Melepas lelah dan gundah.

Keyakinanku semakin kuat setiap kali kau hadir di mimpi. Sesekali kau tersenyum dari jauh sembari melambai. Sesekali kau terisak perlahan di hadapanku. Pernah juga kau berjalan sambil tertunduk ke arahku. Perlahan kau mendekat. Aku melihat gurat-gurat kesedihan di wajahmu. Meski aku gagal membacanya. Kesedihan macam apakah itu Ay? Kau tak pernah bercerita lagi. Ah, iya, aku lupa... kau sudah tak di sini.

Semalam, kau hadir lagi di mimpiku. Tak banyak kata yang kau ucap. Hanya sesungging senyum yang terlihat kau paksakan. Lalu kau terisak. Ah, ada apa Ay? Sialnya, aku tak pernah berani untuk bertanya. Tentang keadaanmu yang seolah remuk-redam dalam resah. Tentang perjalanan hatimu sejak berlalu dariku. Aku jadi ragu bahwa kau tengah berbahagia, meski kau berusaha untuk menutupinya.Ini terdengar klise memang. Bahkan mirip dengan kisah sinetron di televisi. Tapi mau bagaimana lagi?

Beginilah memang Tuhan mengajarkan keindahan untuk hidup Ay,,, kita harus menyusuri setiap lempengan hidup di lembar yang berbeda. Kau di sana. Aku di sini. Kau melukis hidup dengan tinta penuh warna. Akupun mengoles lembar hidup dengan liukan kisah sarat makna. Meski akhirnya aku harus terjerat kutukan Rindu.

Ay,,, entah sudah berapa purnama kita saling meninggalkan.
Atau jangan-jangan kita sebenarnya tak saling keana-mana? Tetap saling ada di hati.

Jarak dan waktu memang selalu menawarkan perih ya Ay... termasuk untuk kita. Sepanjang perjalanan tanpamu, aku memang mulai meronce aksara baru. Tetapi semakin jauh aku melangkah, semakin dekat pula rasanya aku dengan gemuruh rindu. Ya, Akulah Lelaki yang terpaku dalam kutukan Rindu.

Tapi, Kau baik-baik saja kan Ay,,,?

                                                                               Sumenep, 1 Agustus 2015

Gombal-gombalan...


Akhir-akhir ini aku mulai sering kehilangan ide...
Kehilangan semangat untuk menulis...
Dan kehilangan banyak kesempatan untuk ngeblog...
Tapi...
Aku tak pernah kehilangan waktu untuk mengingatmu...

Eeyyyaaaa'.... hehe...



Saat hampir semua orang bertanya tentang cita-cita,
Aku tak pernah punya kalimat yang pasti untuk menjawabnya.
Begitu juga saat guruku bertanya tentang keinginan,
Lidahku kelu dan tak bisa berbuat apa-apa.
Karena ternyata, cita-cita dan keinginanku terpenuhi dengan rencana masa depan kita.

eeeee'.... aaaa....

+ Bapak kamu jualan madu ya?
- Awas tak bilangin sama Bapak loh ya... ntar gak diterima jadi mantunya..
+ Duh,,, kok jadi gini? aku kan mau merayu?
- Aku gak butuh dirayu... aku butuh dilamar...

eeeeaaa'....  hahaha....
(ini salah satu caraku untuk belajar nulis lagi--tentangmu... ^_^)


Sumenep, 1 Agustus 2015