Akulah,
Ay,,, Lelaki yang terjebak dalam kutukan Rindu. Denyar yang mengharu. Perih
yang terindah. Membatu di dada. Bahkan, nyaris di setiap hari yang aku tapaki
selalu bersepuh pilu. Meski sekuat apapun aku memberontak, tak ayal, gulungan
rindu selalu menghantamku. Memporak-porandakan karang keteguhan di dada. Aku
luruh dalam rindu. Padamu.
Sebenarnya
aku selalu berupaya untuk menghindar Ay,,, lewat dzikir kepasrahan pada Sang
Maha Cinta. Atau menapaki sunyi dalam laku perjalanan. Aku senantiasa berharap
bisa keluar dari kutukan ini. Tapi tak bisa. Semakin aku berusaha keluar, semakin
lesap aku tersaruk di dalamnya. Seperti buih di gulungan ombak. Mengambang dan
tak pernah bisa hilang.
Kita
memang tidak lagi bersama Ay,,, meski kita tak pernah tahu siapa yang telah
pergi. Aku atau kamu? Tapi yakinlah, bahwa tempatmu abadi di sini. Di hati ini.
Sejauh apapun kau mengembara, pada akhirnya kau akan menyadari bahwa tempatmu
kembali adalah hatiku. Membasuh keluh dan peluh. Melepas lelah dan gundah.
Keyakinanku
semakin kuat setiap kali kau hadir di mimpi. Sesekali kau tersenyum dari jauh
sembari melambai. Sesekali kau terisak perlahan di hadapanku. Pernah juga kau
berjalan sambil tertunduk ke arahku. Perlahan kau mendekat. Aku melihat gurat-gurat
kesedihan di wajahmu. Meski aku gagal membacanya. Kesedihan macam apakah itu
Ay? Kau tak pernah bercerita lagi. Ah, iya, aku lupa... kau sudah tak di sini.
Semalam,
kau hadir lagi di mimpiku. Tak banyak kata yang kau ucap. Hanya sesungging senyum
yang terlihat kau paksakan. Lalu kau terisak. Ah, ada apa Ay? Sialnya, aku tak pernah berani untuk bertanya.
Tentang keadaanmu yang seolah remuk-redam dalam resah. Tentang perjalanan
hatimu sejak berlalu dariku. Aku jadi ragu bahwa kau tengah berbahagia, meski
kau berusaha untuk menutupinya.Ini terdengar klise
memang. Bahkan mirip dengan kisah sinetron di televisi. Tapi mau bagaimana
lagi?
Beginilah
memang Tuhan mengajarkan keindahan untuk hidup Ay,,, kita harus menyusuri setiap lempengan hidup di lembar yang
berbeda. Kau di sana. Aku di sini. Kau melukis hidup dengan tinta penuh warna.
Akupun mengoles lembar hidup dengan liukan kisah sarat makna. Meski akhirnya
aku harus terjerat kutukan Rindu.
Ay,,,
entah sudah berapa purnama kita saling meninggalkan.
Atau jangan-jangan
kita sebenarnya tak saling keana-mana? Tetap saling ada di hati.
Jarak
dan waktu memang selalu menawarkan perih ya Ay... termasuk untuk kita. Sepanjang
perjalanan tanpamu, aku memang mulai meronce aksara baru. Tetapi semakin jauh
aku melangkah, semakin dekat pula rasanya aku dengan gemuruh rindu. Ya, Akulah Lelaki yang terpaku dalam kutukan Rindu.
Tapi, Kau
baik-baik saja kan Ay,,,?
Sumenep, 1 Agustus 2015