Sebenarnya, saya sering juga mendengar kata ini diucapkan oleh seseorang pada orang lain. Baik dia sebagai saudara, sahabat, atau kekasih. Entah apa maksudnya. barangkali, agar dia mendapat sedikit pujian, atau sedikit rasa simpati dari orang yang diajak berkomunikasi. Atau, kata itu dianggap senjata yang bisa digunakan untuk meyakinkan atau memperoleh kepercayaan dari orang yang diajak bicara. Entahlah, saya tidak tahu. Atau lebih tepatnya tidak berani menyimpulkan. Takut salah.
SEHATI memang mudah diucapkan. Tapi tentu saja tidak semudah itu untuk menerapkannya. Saat kita mengatakan SEHATI, cobalah bertanya pada hati kita sendiri, benarkah hati kita memang sama dengan orang yang kita ajak bicara? Benarkah cara kita memahami sesuatu atau memaknai sesuatu memang sama dengan orang yang kita ajak bicara?
Jika jawabannya IYA, maka tidak masalah kita mengucapkannya.
Tapi jika jawabannya TIDAK, maka jangan mudah mengatakan SEHATI.
Barangkali, karena kita terlanjur menganggap enteng terhadap makna dari sebuah kata yang kita ucapkan. Padahal, setiap kata seharusnyalah dipertanggungjawabkan konsekuensinya di hadapan hati dan otak kita (dan orang lain). Itulah alasannya, kenapa ada pepatah yang mengatakan, “kalau pedang melukai tubuh, masih ada obat yang bisa dicari. Tapi jika lidah yang melukai hati, kemana obat hendak dicari?”. Lidah, dalam hal ini adalah apa yang diucapkannya, lebih kongkretnya adalah apa yang dibicarakannya. tentu saja ini berkaitan dengan KATA dan KALIMAT.
Lalu apa yang salah dari kata SEHATI?
Tidak ada yang salah dengan kata itu. Hanya saja, saat kata SEHATI dipilih, lalu diucapkan pada orang lain, tentu saja hal tersebut menuntut pertanggungjawaban meski tidak tertulis. Baik bagi pembicara atau pendengar.
Setidaknya, memang, ada dua arti dalam kata SEHATI.
Arti yang pertama adalah SATU HATI.
Arti yang kedua adalah SELURUH BAGIAN HATI.
Tinggal melihat konteks kalimatnya.
Jika seseorang mengatakan: “rindu ini sudah sehati.” berarti, rindunya sudah memenuhi seluruh isi hatinya. (meski kalimatnya agak aneh)
Jika seseorang mengatakan: “kau dan aku, sehati dalam memahami rindu”, berarti “kau” dan “aku” memang mempunyai hati yang sama dalam memahami rindu. Ini sejalan dengan kata SEMOBIL yang berarti satu mobil. Atau SERUMAH yang berarti satu rumah.
Terkadang, saya juga merasa heran saat mendengar seseorang mengatakan,
“wah,, ternyata kita sehati ya? Lihat saja, warna baju kita sama.”
Atau saat ada seseorang yang bilang
“kita kan sehati, jadi apa yang kau rasakan pasti aku juga ikut merasakannya”.
Benarkah?
Apakah ukuran sehati hanyalah warna baju yang sama?
Apakah sehati bisa dilihat hanya dengan Kata-kata saja?
Tentu saja tidak.
Sehati bukan sekedar kata. Sehati bukan sekedar warna baju.
Sehati adalah saling memahami, saling merasakan, dan saling mengerti.
Pembuktiannya adalah dengan sikap. Dengan tindakan. Dan dengan perhatian.
Jadi sekali lagi, SEHATI bukan sekedar kata yang mudah diucapkan.
Lalu bagaimana dengan Kata “Sayang”, “Cinta”, “Rindu” atau kata-kata yang lainnya?
Sama. Kata tidaklah berhenti sebatas diucapkan. Butuh sikap untuk membuktikannya.
Wallahu a’lam bish-shawab…
*dipublikasikan di akun facebookku, 10 September 2011 pukul 20:34
Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
BalasHapusDalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny
SEHATI keselarasan antara kata dan perbuatan...sehat dan sukses sll bro
BalasHapus