Kau datang dengan rona pelangi,,,



Aku ingin memanggilmu dengan panggilan Dara,,, seperti “tokoh” dalam puisi Chairil Anwar “Datang Dara Hilang Dara”. Kau tak keberatan kan Nay?

Dara,,,
Dari sekian banyak rentetan hari saat menemanimu—sejak Januari kemarin—aku tuliskan di sini. Berharap jadi percikan kenangan yang—semoga—abadi. Rasanya tak berlebihan jika kenangan ini, suatu hari nanti, menjadi sebuah episode indah antara kau dan aku. Sebab, kenangan ini tersembul dari hati kita; hatimu dan hatiku.

Dara,,,
Semenjak kunonaktifkan akun Facebookku sebulan yang lalu, tentu kau paham, bahwa aku mempunyai alasan tersendiri. Pertama, (dan ini yang paling utama) karena aku tak mau kebersamaan denganmu tersendat karena FB. Memang, aku tahu, bahwa kau juga punya akun FB. Tapi nyaris, kau tak pernah up date status. Bagimu, FB hanyalah pelengkap identitas agar tidak dianggap gaptek saja. bahkan, kau tak pernah mau mengunggah fotomu sendiri. Jawabanmu sederhana, “Biarlah kau saja yang melihat wajahku Mas. Bukan yang lain” ah, tentu hatiku semakin unyu karena jawabanmu itu. Sebab sejujurnya, aku juga lebih suka kau begitu.

Anehnya, kau tak pernah melarangku untuk tetap memiliki akun FB. “Jadikan FB sebagai media belajar untuk menambah pengetahuan, terutama untuk mengembangkan bakat menulis” itu ucapmu dua bulan yang lalu. Dan sungguh, aku selalu merasa sangat berterimakasih karena kau menyediakan ruang bagiku untuk belajar menulis. Dan engkaulah sumber penyemangat sekaligus inspirasi bagiku.

Tapi biarlah,,, sementara, aku tutup akun FBku.

Alasan kedua, karena kau libur.
Sekilas memang tidak ada kaitannya antara FB dan Liburan semestermu. Tapi bagiku tetaplah ada. Jika kau libur, itu artinya kau punya banyak waktu luang untukku. Sedangkan aku, tentu saja tidak ingin mengabaikannya. Untuk itulah, saat itu, aku langsung mundur dari FB. Semata agar aku juga punya waktu yang banyak untukmu. (cieee,,,,) ^_^

Kalaupun nanti aku buka kembali akun FBku,, itu juga karenamu. Kau yang memintaku. “Aku kangen ingin membaca status-status dan catatanmu. Tapi aku tak ingin membaca catatan yang sekiranya akan membuatku cemburu”. Ucapmu kemarin, di rembang petang, saat kita melepas senja yang tertutup awan. Aku tersenyum mendengarmu. Tentu aku masih ingat beberapa catatan yang sempat membuatmu “sewot” dan uring-uringan. Sempat ngambek dan menonaktifkan handphone. Ah,,, kau tahu ,,,? Saat itu, aku begitu cemas karenanya.

Eh iya,,, tentang kenangan yang kumaksud itu adalah, saat kau datang ke rumahku di tanggal 15 Januari. Menyongsong pagi yang belum sepenuhnya pergi. Berdiri dengan bingkai senyum lestari. Membawa rona pelangi di pipi. Lalu sebait ucapan berbalut rindu menyentuh hati;
“Selamat ulang tahun ksatria unyuku… Barokallahu laka,,, wabaroka ‘alaika”

Takbir membahana dalam hatiku. Mengalirkan rasa syukur dan linang air mata haru.
"Terimakasih Daraku,,,"

Terimakasih Allah,,,
Amin,,,
***

Sumenep, minggu pertama di bulan Februari 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar