Surat cinta keenam untuk calon istriku,,,


Sumenep, 7 Muharram 1434 H.

Untuk Perempuan yang merindukan surga
Di ujung senja


Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh,,,

Duhai,,, perempuan pilihan,,, belum lengkap rasanya kehidupanku di dunia, sebelum aku bisa menjadi imam bagimu. Belum sempurna agamaku, sebelum ada kamu yang menjadi bagian terpenting dalam hidupku. Belum utuh aku sebagai ummat Rasulullah, jika belum mengikuti sunnahnya untuk menyuntingmu. Tentu saja,,, engkaulah perempuan yang akan aku pilih untuk menjadi ibu bagi anak-anakku kelak.

Tetapi,,, siapakah engkau duhai perempuan yang selalu merindukan surga?
Dimanakah engkau kini berada? Kapankah kita akan bersua?
Sungguh, pertanyaan-pertanyaan itu tetaplah menjadi sumber gundah dan resahku. Bukan saja pada saat aku tengah terbaluri sepi sendiri. Bahkan pada malam-malam hening, disaat aku bersujud padaNYA. Seringkali memang, sudah kuutarakan niat dan keinginanku terhadapNYA untuk meminangmu. Telah aku sampaikan keinginan terbesarku untuk memuliakanmu terhadapNYA. Tapi sampai hari ini,,, barangkali aku memang masih belum pantas untuk bertemu dengamu duhai perempuan yang dirindukan surga. Masih terlalu banyak kekurangan yang harus aku perbaiki, agar suatu saat kelak—saat Allah mengijinkan—aku sudah benar-benar siap untuk menjadi imam bagimu. Aku yakin, Allah akan mempertemukan kita ketika waktunya telah tiba. entah kapan dan dimana?

Duhai perempuan yang lembut hatinya,,, aku yakin, kelak, saat kita bersama, engkau akan menjadi sosok yang paling ikhlas memberikan perhatian terhadapku. Tak pernah bosan mengingatkanku untuk makan, mengingatkanku untuk menjaga kesehatan, karena memang aku selalu abai akan hal-hal seperti itu. Aku tahu, saat seperti itu, engkau tidak sedang berusaha menjadi ibu yang ingin selalu mengaturku, engkau hanya ingin memberiku perhatian, sebagai bentuk kasih dan sayangmu yang tak bertepi.

Jikapun suatu saat kelak, saat kita sudah mengarungi hidup bersama-sama, lalu tiba-tiba saja engkau mulai marah-marah tanpa sebab dan berbicara tidak begitu jelas, aku paham calon istriku,,, bahwa engkau sedang menginginkan sesuatu tetapi tidak tahu bagaimana cara mengatakannya kepadaku. Saat seperti itu, insya allah,,, aku akan berusaha untuk mengajakmu berbicara dari hati ke hati dengan bahasa paling lembut. Terlebih dahulu, aku akan membuatkanmu segelas teh hangat. Kemudian mengajakmu ngobrol santai sambil menikmati senja di teras rumah kita. atau,,, aku akan mengajakmu ke sebuah tempat indah dimana kita bisa menikmati senja bersama. Lalu mengajakmu untuk menjernihkan maksud dan keinginanmu itu. Aku yakin, saat seperti itu, engkau sedang benar-benar membutuhkan perhatianku secara utuh. Engkau tidak ingin aku membaginya dengan apapun. Dan aku akan melakukannya untukmu wahai calon istriku…

Ketika engkau sedang menghadapi masalah, bisa jadi kau hanya diam. Enggan makan, hanya menangis dan berdiam diri dalam kamar. Aku tahu, bahwa saat-saat seperti itu, yang kau inginkan bukan hanya kata-kata penghibur dariku. Yang benar-benar kau butuhkan adalah aku ada bersamamu dan menemani di sampingmu sampai kau bisa tenang dan bersama-sama mencari jalan keluar. Insya allah, aku janji akan selalu ada untukmu.

Calon istriku,,, aku tahu,,, ada masanya dimana seorang wanita—termasuk juga engkau—akan sangat menginginkan agar orang yang disayanginya melakukan sesuatu yang bermakna dalam hidupnya. Sesuatu itu bisa berupa kejutan-kejutan indah—entah berupa kado kecil, ungkapan terimakasih yang menyejukkan, sekuntum bunga simbol cinta, atau liburan menyenangkan di akhir pekan. Dan aku akan senantiasa berusaha untuk menjadi suami yang mampu melakukan hal-hal seperti itu.

Saat kau memintaku untuk berjanji setia padamu, aku tahu, bukan berarti engkau tak pernah percaya padaku, tetapi itu kau lakukan semata untuk melihat kesungguhanku agar benar-benar menepati janji padamu. Sebab akupun tahu,,, bahwa hal paling sulit dalam cinta adalah setia. Betapa banyak orang-orang yang hancur kebersamaannya lantaran tidak ada kesetiaan di dalamnya. Betapa banyak orang terjungkal dalam duka lara lantaran menepikan kesetiaan dalam hatinya. Sesungguhnya,,, keindahan cinta itu ada pada kesetiaannya. Dan aku tidak mungkin menukar kebahagiaan itu dengan apapun, calon istriku…

Duhai perempuan yang berhati wangi,,, ketika suatu saat nanti, engkau menertawakan kesalahan atau kekonyolan yang kulakukan, aku juga tahu, bahwa sebenarnya engkau tidak sedang menertawakan kebodohanku. Kau hanya mencoba mengenal dan melihat sisi lain dari diriku, dan mencoba menerima segala kekuranganku. Aku tahu, aku tak akan pernah bisa menjadi sempurna tanpamu. Aku tak lengkap tanpamu.

Nanti,,, saat aku tengah berjuang meraih sesuatu,,, aku yakin engkau tidak akan hanya diam. Kau pasti mengkhawatirkan keadaanku. Mencemaskan kondisiku. Kau akan berusaha menjadi penyemangat, membangunkanku dini hari untuk sholat malam bersama-sama, dan tentu saja kau tidak akan pernah berhenti berdoa demi keberhasilanku. Sebab doa adalah bukti cinta yang nyata.

Duhai perempuan yang dirindukan surga,,,
Semoga engkau senantiasa berada dalam lindungan Allah… menjaga diri dan hatimu hingga suatu saat kelak, kita dipertemukanNYA dalam sebuah moment yang indah. Lalu kita bersama-sama mengarungi hidup dalam keridhaan Allah.

Rindu untukmu dari jauh…

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh…

Dari calon imammu,,,


Avan Fathurrahman

3 komentar:

  1. indah sekali puisinya ..
    andai itu terjadi, sungguh beruntung sekali sang calon isteri mendapat suami seperti itu .. :)

    BalasHapus
  2. Amin,,, semoga benar-benar seperti itu ya,, saudariku Zafirah...
    tulisanmu juga keren,,, :-)

    BalasHapus
  3. E D E N P O K E R . X Y Z mau memberikan info sedikit nih , di edenpoker ingin memberikan BONUS NEWMEMBER sebesar 10.000 ribu
    yuk langsung saja kunjungi Customer Service kami dan segera daftar kan diri anda !!!

    BalasHapus