Saat kita
jauh,,, tak bisa saling menatap dan bercakap.
Sayang,,,
saat malam merambat dan kau tak sempat mengucap salam sebelum menjaring mimpi; Aku
selalu tersenyum dan mengerti. Karena barangkali kau terlalu capek setelah beraktifitas
seharian sehingga kau tertidur dalam dekap malam. Atau barangkali kau tengah
kurang enak badan, sedikit flu dan meriang. jadi wajar jika kau buru-buru istirahat
walau tanpa pamit. Tetapi aku yakin kau masih selalu menyempatkan diri bangun
tengah malam meski sebesar apapun keletihan yang menderamu. Karena aku tahu
hatimu sayang,,, begitu wangi dan lestari. Aku yakin kau selalu bersujud
padaNYA pada sepertiga malam yang akhir meski kau tak mengabariku. Karena akupun
sama sepertimu sayang. Hanya saja,,,kita dibedakan ruang. kau di sana sedang aku
di sini. Tapi aku yakin doa kita sama. Berharap kemudahan dan belas kasihNYA demi
kebersamaan kita nanti.
Sayang,,, Saat
kau tak sempat membalas salam dan ucapan selamat pagi dariku; aku masih selalu
tersenyum,,, karena barangkali kau terlalu buru-buru untuk beraktifitas. Aku tahu
kau seringkali lupa akan hal-hal kecil yang menjadi pembuka hari-hari kita. Tetapi
sungguh, aku senantiasa paham akan hal itu sayang… karena sekali lagi aku tahu
hatimu. Setelah agak siang, dan kau ada waktu senggang. Kau pasti akan berkirim
kabar padaku dengan lesatan kata maaf yang berbuah senyum di bibirku. Dan tahukah
kau sayang,,,? Saat-saat seperti itulah,, hatiku seringkali gerimis. karena
menyadari betapa sangat sibuknya aktifitasmu, sedangkan aku tak bisa langsung berada
di sampingmu untuk membantu.
Sayang,,,
saat kau terlalu sibuk dengan aktifitasmu. Saat kau nyaris tak punya waktu
untuk sekadar berkirim kabar padaku. Saat kau terlalu fokus pada kuliah, tugas
dan pekerjaanmu, maka aku senantiasa mengingatkanmu meski hanya lewat pesan
singkat “jangan terlalu sibuk sayang,,,
jaga kondisimu”. Semua itu aku lakukan karena aku menyayangimu dan tidak
ingin melihatmu sakit karena kecapekan. Aku tahu kau perempuan kuat sayang… aku
tahu kau perempuan mandiri. Tetapi harus juga kau mengerti,,, bahwa sekuat
apapun dan semandiri apapun, kau tetaplah manusia biasa yang harus pandai-pandai
menjaga kondisi. itu yang selalu membuatku kepikiran dan cemas terhadapmu.
Kau bilang,
ini demi rumah rindu…
Sayang,,,
dengarkanlah bisikku ini…
Kita memang
punya impian besar untuk membangun rumah sendiri. Rumah mungil yang cantik. Rumah
sederhana yang asri. Rumah yang penuh dengan kasih sayang, cinta dan rindu di
dalamnya. Rumah yang senantiasa bersepuh gelak tawa dan bias senyum dari kita. Rumah
yang akan semakin ramai dengan kehadiran buah hati kita. tetapi sayangku,,,
rumah rindu itu bukan sekadar bangunan fisik semata. Rumah rindu itu harus
menjadi “rumah surga” bagi kita. Baiti jannati adalah rumah yang di dalamnya penuh
dengan keharmonisan. Karena rumah rindu adalah surga, maka engkaulah bidadarinya
sayang,,, engkaulah sumber keharmonisan itu. aku dan anak-anak kita kelak, tak
akan bisa merasakan hidup nyaman dan bahagia tanpa sapaan dan sentuhanmu setiap
hari. Bahkan setiap saat. Untuk itulah sayang,,, kenapa aku selalu mengingatkan
agar engkau senantiasa menjaga kondisi dan tidak terlalu capek bekerja meski
alasanmu demi rumah rindu. Karena rumah rindu hanya akan utuh jika ada kita yang
mengutamakan keluarga dari pada yang lainnya.
Sayang,,, aku
tahu kau juga tidak suka jika aku selalu cerewet. Tetapi apa yang bisa
kuperbuat selain banyak bertanya dan memastikan bahwa kau senantiasa baik-baik
saja? bahwa senantiasa kau selalu menjaga kondisimu?
Saat kau sedang
tak enak hati, terlalu sibuk dengan tugas, atau diam tanpa kabar. tentu aku tak
bisa mengetahui secara pasti apa yang terjadi denganmu sayang,,, untuk itulah,
kenapa aku banyak bertanya? Karena aku senantiasa cemas. Kecemasan yang tentu
saja sangat diluar perkiraan sebelumnya. Aku sempat heran sayang,,, kenapa aku
terjamah kecemasan seperti ini. Pelan-pelan aku mencoba mencari musababnya. Dan
ternyata,,, semua kecemasan itu bermula karena aku begitu mencintaimu. Tak ada
ukuran apapun yang bisa kugunakan untuk menggambarkan seperti apakah cinta ini.
Sayang,,, Kecemasan
demi kecemasan memang selalu menderaku saat aku tak menerima kabar darimu,,,
saat kau lupa mengucapkan selamat malam,, saat kau lupa membalas ucapan selamat
pagi dariku,,, saat kau tak membalas smsku yang senantiasa mengingatkan; “jangan lupa maem sayang,,,” “sudah sholat sayang,,,?” atau “lagi sibuk apa sayang,,,?”
Itulah awal
mula aku akan didera rasa cemas yang bertubi-tubi sayang… mungkin lagi-lagi kau
lupa bahwa ada aku yang selalu menunggu kabar darimu. Sesekali,, aku memang
harus cerewet padamu sayang,,, sebab aku mencintaimu dan selalu ingin
memastikan kau baik-baik saja. apalagi yang bisa kuberikan padamu sebagai wujud
cinta selain sebentuk kepedulian ini?
Sayangku,,,
mencintai itu bukan persoalan memberikan setangkai bunga. Membangunkan rumah
mewah. Berpegangan tangan sambil saling tersenyum menatap mata masing-masing. Bukan
itu sayang…
Mencintai;
adalah
bagaimana mengerti. Bukan bagaimana mendengarkan.
adalah bagaimana
peduli. Bukan bagaimana membiarkan.
adalah bagaimana
memberikan perhatian. Bukan bagaimana memberikan kemewahan.
Sederhana sayang,,,
aku hanya punya cinta seperti itu. Tidak lebih.