Galau,,, ^_^ |
Di radio
juga tidak jauh beda. Saya yang biasanya paling rame, tiba-tiba berubah jadi
pemurung. Lebih senang menyendiri dan terdiam manis di pojok ruangan. tidak
sanggup siaran. Bahkan untuk membuat skrip siaran atau menyunting berita saja
saya seolah tidak mampu. Duh,, pokoknya bad
mood stadium 4.
Saya lebih
suka melamun di depan laptop sambil mendengarkan lagu-lagu mellow. Hanya membiarkan
lamunan melesat kesana kemari dengan sendirinya. Anehnya, saya bahkan tidak
paham dengan apa yang saya lamunkan. Berbagai kegelisahan menusuk-nusuk dalam dada. Mungkin
benar apa yang dikatakan teman-teman. Bahwa saat ini saya G-A-L-A-U.
Sungguh,
kegalauan kali ini sama sekali tidak berkualitas. Saya seperti anak kecil yang
uring-uringan lantaran tidak dibelikan mobil-mobilan. Merengut. Cemberut. dan
tidak mau bicara dengan siapapun. Apalagi tersenyum. Seingat saya, dalam tiga
hari ini saya tersenyum hanya dua kali. Pertama, ketika kemarin malam menerima sms dari
Bening (perempuan berjilbab merah yang
datang sebelum senja). Kedua, saat ada tamu orang tua di beranda rumah. Kebetulan
saya lewat di sampingnya sepulang dari radio. Itupun sepintas karena saya
langsung masuk kamar. Sungguh, yang terakhir saya tidak yakin tersenyum dengan
tulus. Astaghfirullah…
Semua bermula
dari permintaannya; perempuan dengan alis perbani itu, tiba-tiba saja menyampaikan ide yang mengejutkan. Tidak boleh ada komunikasi apapun sampai
bertemu langsung seminggu lagi. Baik telepon maupun sms. Saya agak terkejut
dibuatnya. Ide yang aneh. Belum sempat saya bertanya lebih jauh, ia
menyampaikan alasan yang lagi-lagi membuat saya mengerutkan kening. Alasan pertama,
agar bisa saling berpikir dengan logika tentang rencana hubungan ke tahap
selanjutnya. Kedua, agar rindu yang tumbuh di hati kami semakin lebat dan
berbuah manis. Lalu disepakati bahwa kami akan bertemu di senja kesebelas
purnama sekarang. Tentu saja dengan sederet cerita masing-masing yang terpetik
dalam seminggu ini.
Deal!
Saya memenuhi
pintanya meski belum sepenuhnya paham. Saya menyanggupi meski harus membayarnya
dengan ketersiksaan.
Belum genap
satu hari, saya sudah mulai terhantam rindu. Tak ada ucapan selamat malam
sebelum tidur. Tidak ada ucapan selamat pagi saat subuh menjelang. mengingatkan
makan. Menanyakan kabar. Menemani beraktifitas meski lewat sms. Atau sekedar
diskusi kecil saat kehilangan ide untuk menulis. Tidak ada. Hanya sepi. Kondisi
ini sangat asing bagi saya. Sempat saya bertanya dalam hati, apakah harus
seperti ini memaknai cinta? Apakah harus seperti ini mengukur rindu?
Saya tidak
punya jawabannya. Karena sekali lagi saya Galau. Berbagai pertanyaan lain mulai
berlesatan dalam otak saya. Berbagai ketakutan juga muncul di kepala. Bahkan ribuan
“jangan-jangan” mulai mengusik saya. Ah,,, Apapun bisa saja terjadi dalam enam
hari. Itu yang saya dapat dari film “from Bandung with love”.
Tapi saya
tahu bahwa ini hanya untuk sementara. Jadi, saya harus berpikir positif
terhadap segala hal yang terjadi, atau bahkan yang akan terjadi. Yang terpenting
sekarang, saya harus terus berusaha mengelokkan sikap dan sifat. Lebih menganggunkan
hati. Tetap menebarkan kebajikan bagi sesama. Lebih memantapkan diri untuk
melangkah ke arah yang lebih baik. Menjaga perasaan yang tumbuh di hati kami
masing-masing. Sebab, segala sesuatunya sudah diatur oleh Allah subhanahu wata’ala.
Bismillahirrahmanirrahim…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar