Siang tadi, di dalam Box Siar Radio,,, sambil ngisi acara Nuansa Siang, iseng saya
buka Facebook… saya punya waktu kurang lebih 10 menit untuk melihat-lihat fb. Jadi
lumayan lah,,, apalagi setelah lagu yang saya putar berakhir akan disambung
dengan jadwal pemutaran iklan, kemudian lagu lagi. Yuuhuu,,,, santai doong...
^_^
Siaran siang hari, apalagi sedang melaksanakan ibadah puasa, memang sedikit lebih
berat. Bisa membuat suara lebih “indah” karena serak-serak kering. Hehe,,, tapi
jika diniatkan ibadah, maka semuanya akan benar-benar berakhir dengan indah. Lho, kok bisa? Ya bisa lah,,, secara ini
kan kerja? Nah, kerja yang diniatkan sebagai ibadah, apalagi dibulan suci
Ramadhan, insya allah pahalanya akan berlipat ganda. Amin,,, (mengusap wajah dengan kedua telapak tangan sambil
ngebayangin gimana wajah bidadari yang menanti di surga. Ups!!) puasa
Avan,,, puasa,,, gak boleh mikir macem-macem.. hehe…
Balik
ke fb, saya tertarik membaca salah satu status dari komunitas “Sebelum Engkau Halal Bagiku”. Status itu agak panjang. Semacam catatan kecil berjudul CIRI SUAMI
DAMBAAN ISTRI, tapi di tulis langsung di berandanya. Sambil membaca, saya mulai
mencoba introspeksi. Termasuk calon suami yang didamba istri atau
tidak? Hehe,,,
Yuuk,
cekidot…..!!!
1.
Setia mendengar. kadang-kadang untuk mendengarkan itu
susah. Tetapi seorang isteri akan lebih suka jika memiliki suami yang mau
mendengar cerita atau keluhan sang isteri. Bagi suami kadang-kadang untuk
mendengarkan perkataan isteri sering dianggap tidak penting tetapi yang
diinginkan oleh sang isteri hanyalah perkataan dia didengar dan difahami saja.
Hmmm…
saya mulai berpikir sambil memegang dagu. Aslinya tidak punya jenggot sih,, tapi
gayanya seperti punya jenggot. Biar keliatan serius banget. ^_^. “Ahaa,,,!!”
teriak saya sumringah. Bukankah saya memang termasuk golongan cowok yang
seringkali dicurhatin teman-teman? Berarti saya termasuk calon suami yang bisa
mendengarkan istri dong.. hehe…
2.
Menghargai. Semua manusia tentu ingin dihargai,
termasuk juga isteri. Seorang suami yang selalu menghargai isteri baik dalam
sikap maupun perkataan tentu akan selalu dirindukan oleh seorang isteri. Penghargaan
yang diharapkan oleh isteri bukanlah mahal atau besar, awali dengan perbuatan2
kecil atau sepele seperti memberikan pujian jika sang istri memasak atau
memberi ciuman selamat pagi.
Saya
tersenyum membaca ciri yang kedua ini.Rasanya saya juga mampu untuk memuji
istri, bukankah itu memang keharusan bagi seorang suami? saya kan sudah belajar
cara memuji dan merayu yang baik? Misalnya, “Bapak kamu pemahat ya,,,?” kalau
istri saya jawab “Kok tahu?” maka jawaban saya “Karena kau telah memahatkan
cinta di hati A’a”. hehe.. tapi kalau misalnya istri saya jawab gini “Lho,, sayang
gimana sih,,, masak gak tahu pekerjaan mertua sendiri?” maka saya akan nyengir
sambil bilang,,, “Sayang,,, ini kan rayuan,,,? Bilang aja iya kenapa sih??”
^_^. Ah,,, pokoknya tenanglah,,, saya pasti bisa! Saya juga yakin bisa
membangunkan istri dengan sebuah ciuman hangat di pipi atau keningnya menjelang
shubuh. Haha…
3.
Tidak Suka Menyalahkan. Seorang isteri juga manusia yang tak
luput dari kesalahan, ketika sang isteri berbuat kesalahan, sang suami
sebaiknya menegur dengan sikap yang cerdas, tidak dengan kasar atau menyalahkan
hingga keluar emosi yang berlebihan. Dari pada marah-marah kepada isteri
sebaiknya menanyakan/meminta penjelasan dari sang isteri kenapa berbuat itu dan
memberi nasihat agar tidak terulang lagi.
Yups!
Saya banget itu,,, hehe… percuma dong saya punya buku 14 komunikasi yang baik
untuk membangun rumah tangga. Apalagi saya dapat buku itu harus nyeberang laut. Hehe,,,
maksudnya saat jalan-jalan ke malang geetoo… yang saya pahami, apapun
masalahnya, kunci utama penyelesaiannya adalah komunikasi yang baik. yang
bersumber dari hati. Bukan dari keegoisan. (ih,,, mulai deh,, Avan..) ^_^
4.
Bisa menerima pendapat isteri. Suami sebagai kepala keluarga,
sebaiknya tidak bersikap otoriter tetapi sebaliknya, suami dapat mendengar dan
menerima pendapat dari isteri jika pendapat itu memang merupakan keputusan yang
terbaik. Suami isteri perlu memutuskan suatu keputusan secara bersama-sama.
tidak sepihak dan sang isteri harus memahami apa-apa yang diputuskan oleh
suami.
Subhanallah,,,
saya menyadari bahwa rumah tangga itu tidak mudah. Seperti menaiki sebuah biduk
kecil di tengah samudera. Bisa saja tiba-tiba badai menyerang. Gelombang menghantam.
Maka satu dengan yang lainnya harus bekerjasama. Ada yang mendayung, ada yang
menjadi penunjuk arah. Tidak bisa kalau sama-sama mendayung atau sama-sama
hanya sebagai penunjuk arah. Mana yang lebih penting? Tidak ada. Semua sama. Sama-sama
penting. Saat letih mendera, maka harus ada yang memberi semangat. Saat sampai
di persimpangan. Maka harus bersama-sama juga menentukan kemana arah yang akan
ditempuh. Inilah bentuk kerjasama yang baik dalam rumah tangga. Jika masih
mengedepankan keegoisan dengan tetap memaksakan pendapat pada pasangan, itu
bukan suami yang baik. dan saya tidak punya mental pemaksa seperti itu,
saudara-saudara… haha…narsis atau semangat nih? ^_^
5.
Sayang diri sendiri. Kalau suami menyayangi isteri dan
keluarga, tentu isteri juga ingin agar sang suami juga menyayangi diri sendiri.
Seperti menjaga kesehatan, pola makan, tidur yang cukup, dan tidak merokok.
Hehe,,,
saya nyengir membacanya. harus jujur saya akui bahwa untuk saat ini rasanya saya
belum sepenuhnya punya ciri kelima ini. bukan berarti saya tidak sayang terhadap
diri sendiri, bukan. Saya memang tidak merokok. Tapi saya belum bisa menjaga
pola makan yang baik. belum bisa istirahat yang cukup. Apalagi Sejak beberapa
hari terakhir saya harus siaran siang malam. Pagi, pukul 09.00-11.00, siang,
dari pukul 13.00-16.00, selepas sholat tarawih, sejak pukul 20.00-22.00, lalu
dini hari, pukul 02.00-04.30 (ini terjadi
juga lantaran ada salah satu orang tua dari teman Announcer yang meninggal. Sehingga,
atas nama kemanusiaan, saya yang mengganti jadwal siarannya sementara). Disela
siaran, saya masih tetap harus menyelesaikan tugas-tugas kantor, yaitu input Data
Dapodik.
Justru
dari inilah saya menyadari bahwa butuh seseorang untuk membuat saya memiliki ciri
yang ke lima. saya butuh sosok seorang istri yang bisa mengingatkan sekaligus
membantu saya agar bisa menjaga pola makan dan istirahat yang cukup. Duuh,,,
terharu saya mengakuinya.. hiks,,,
6.
Pulang dengan senyuman. Tekanan di tempat kerja tidak harus membuat
sang suami membawa perasaan itu ke dalam rumah, kerja yang membuat stress atau
meletihkan tetapi ketika sampai di rumah semuanya dihiasi dengan senyuman,
sehingga isteri tidak menjadi sedih atau salah bersikap. Jika ada masalah di
tempat kerja, suami bisa berbagi cerita kepada isteri dan isteri pun bisa
menjadi motivasi atau memberi sokongan kepada suami yang sedang menghadapi
masalah.
Hhmmm,,,,
saya sudah membayangkan, setiap kali pulang, akan disambut oleh seorang
bidadari yang dikirim Allah untuk menemani perjalanan hidup saya. Jadi saat
bidadari itu selalu menyambut saya dengan senyum penuh keihkhlasan, sambil
membukakan pintu, masihkah ada alasan bagi saya untuk tidak tersenyum ketika
disambutnya? Saya tahu, seberat apapun masalah dan beban kerja di kantor tidak
akan pernah bisa merenggut kebersamaan saya dengan Istri saya kelak. Apalagi jika
disampingnya juga berdiri sosok mungil buah cinta kami, tersenyum sambil berucap “Ayah
sudah pulang,,, Senja kangen sama Ayah.” Subhanallah,,, saya yakin semua beban
itu akan serta merta luruh dengan sendirinya. Insya allah, hanya senyum dan
kehangatan yang saya berikan pada mereka. Saya mengecup kening istri saya,
kemudian menggedong anak saya sambil menciumi pipinya yang mungkin akan tembem.
Allah karim,,, bimbing hamba ya Rob,,,
7.
Romantis. Isteri mana yang tidak bahagia
memiliki suami yang penuh kasih sayang, perhatian dan romatis. Memang agak
susah mengharapkan suami menunjukkan rasa sayang dan cinta kepada isteri setiap
hari. Tetapi suami bisa melakukannya pada saat tertentu, misal ulang tahun
pernikahan, atau hari ulang tahun isteri. Sesekali suami mengajak isteri untuk
keluar berduaan.
Saya
tahu, bahwa romantis tidak cukup dengan sekedar kata-kata. Romantis tidak sekedar memberikan
bunga ataupun membacakan puisi. Romantis tidak selamanya memberikan hadiah
besar yang bernilai mahal. Terkadang, romantis adalah, selalu ada buat sang
istri. Selalu bisa menempatkan diri di berbagai situasi dan kondisi. Saat istri
capek, saya harus memijatnya sambil mengajaknya bercerita tentang kegiatannya. Saat
istri kurang enak badan, saya yang akan memasaknya, membuatkannya bubur hangat
lalu menyuapinya dengan lembut dan penuh perhatian. Saat ia sedang tidak enak
hati, saya akan menghiburnya sebisa mungkin, agar saya bisa melihat kembali lengkungan
manis di bibirnya.
Romantis,
bisa saja berupa perhatian-perhatian kecil yang seringkali terlupakan. tapi, tentu saja saya juga tahu, kapan saatnya
memberikan kejutan-kejuan kecil yang bisa membuatnya senang. Yang bisa semakin
menyuburkan cinta di hatinya untuk saya. tak butuh biaya untuk mengatakan "Honey,,, ijinkan aku memuliakan hidupmu, agar kita senantiasa bisa saling mendekap penuh cinta di jannahNYA."
8.
Membantu urusan rumah tangga dan anak. Inilah suami idaman yang dinantikan
oleh para isteri, yaitu suami yang mau membantu dan melakukan kerja rumah
tangga. Disela-sela kesibukan mencari nafkah, suami masih ‘sempat’ meluangkan
waktu untuk membantu isteri dan anaknya.
Sebagai
seseorang yang pernah merasakan hidup mandiri di pondok pesantren. Pekerjaan rumah
tangga, Insya allah tidak akan menjadi kendala besar. Saya sudah terbiasa
mencuci baju sendiri. Sudah terbiasa masak sendiri (meski akhir-akhir ini lebih sering beli jika lagi banyak kerjaan). Terbiasa
melakukan pekerjaan lain juga sendiri. Pernah juga menjadi tukang sapu sekolah
di pondok pesantren setiap pagi. Alhamdulillah,, saya diberi upah. Jadi saya
gunakan untuk menambah biaya kuliah. Ah,,, tentang membantu istri, bagaimana
mungkin saya tega membiarkannya terlalu banyak pekerjaan sementara saya bisa
membantunya? Tak mungkin saya tega membiarkannya. lalu bisakah menukar kebersamaan bermain bersama anak-anak dengan uang? Tidak. sesibuk apapun saya tidak mungkin menyia-nyiakannya. karena saya terlanjur tahu, bahwa istri dan anak-anak adalah amanah yang harus saya pertanggungjawabkan kelak di hadapanNYA.
9.
Senantiasa
menambah ilmu rumah tangga. Biasanya sang isteri yang mencari informasi
berkenaan dengan rumah tangga, tetapi alangkah baiknya kalau sang suami juga
mencari informasi dan ilmu mengenai rumah tangga.
Dengan
membaca catatan ini saja, saya yakin adalah salah satu upaya untuk menambah
ilmu rumah tangga meski saya belum menikah. Saya anggap ini adalah jalan ibadah
apalagi di bulan Ramadhan. jika sampai saat ini saya belum menemukan jodoh
saya, bukan berarti Allah “tega” terhadap saya. Ini artinya saya masih belum
layak menerima amanah berupa istri dan anak-anak. Tugas saya adalah lebih memantaskan
diri untuk menjadi calon suami yang baik. Siapa tahu, besok atau lusa, Allah segera
menunjukkan jalan bagi saya untuk meminang salah satu bidadariNYA di dunia. Seorang
perempuan Sholehah yang berbalut cinta.
Selesai
membaca catatan kecil itu, saya tersenyum. Kemudian sedikit rasa narsis muncul
di dada. Sepertinya, saya sudah termasuk dalam kategori calon suami yang baik.
hahaha,,, saya berdiri sambil mengepalkan tangan, lalu menariknya ke bawah
sambil berteriak “Yes!!!”
Tapi
sesaat kemudian saya terkejut, melihat ke luar Box siar. Ada beberapa orang
yang tersenyum. Mungkin mereka melihat tingkah saya yang konyol tadi. Duh,,,
saya jadi semakin unyu, eh,, malu. Haha…
*****
Ramadhan penuh berkah, 1433 H.