Puisiku adalah kamu,,,


Entah nasib atau apalah namanya yang membuat saya diundangan ke acara tadarus puisi, kamis besok. Saya malah heran. Padahal saya bukan seorang penyair. Jadi sudah pasti tak bakat membuat puisi. Saya hanya seorang penyiar di radio. Tidak lebih. Tapi entah apa pasalnya sehingga kawan-kawan seniman di Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi NU) mengikutkan nama saya dalam daftar undangan itu.

Apa karena penyiar mirip penyair? Atau jangan-jangan salah dengar. P-E-N-Y-I-A-R disangka P-E-N-Y-A-I-R. Wah,,, gawat. Bisa kacau nanti. Diundangan tertera kemasan acara adalah tadarus puisi, maka tentu harus membaca puisi. Dalam undangan juga dijelaskan bahwa peserta harus membawa puisi, minimal 1 judul. Lalu saya mau dapat dari mana ya? Duuh,,, bingung. Kalau hanya untuk membaca saja, mungkin tidak masalah. Karena dulu juga sempat menjuarai lomba baca puisi se-Madura sewaktu masih jadi Mahasiswa (Ciee,,, ^_^). tapi ini kan bukan lomba baca puisi? saya pikir ini adalah ajang sharing karya. Huuufftt...

Saya sempat berpikir, apa saya akan diminta untuk jadi pembawa acaranya? Tapi kok ya,,, diundangan disuruh membawa puisi? Jikapun diminta jadi pembawa acara atau Host (biar keren dikit ^_^), biasanya ada pemberitahuan sebelumnya. Lah,,, yang ini tidak ada. Jadi mau tidak mau saya harus membawa puisi. Khawatir benar-benar disuruh membaca puisi secara bergiliran.

Sejak dua hari yang lalu saya gelisah. Bagaimana caranya agar saya bisa menulis puisi? Tapi sampai siang ini pun, saya tetap tidak bisa menulis sebaris pun kalimat puisi. Kata-kata seolah meninggalkan saya. Berlarian entah kemana. Beberapa file yang tersimpan di notebook, coba saya lihat-lihat kembali. Barangkali ada satu atau dua catatan yang berisi puisi. Tapi nihil. Yang ada hanya catatan-catatan perjalanan. Catatan harian, dongeng, cerpen dan igauan-igauan kecil tak beraturan.

Ah,,, Betapa susahnya menjadi seorang penyair. Ratusan kali lebih susah dari pada menjadi seorang penyiar. Bagaimana tidak, menjadi seorang penyiar tinggal nyerocos saja di depan mic. Membahas topik-topik keren yang up date. Membangun komunikasi yang ceria dan respec terhadap pendengar. Baik pendengar yang aktif maupun yang pasif. Kalau menurut instruktur kepenyiaran yang pernah saya ikuti,,, modal seorang presenter itu hanya tiga. Senyum, Friendly, dan Cerdas.

Tapi kalau penyair? Saya tak tahu banyak. Sebab, seringkali teori tidak sejalan dengan realitas. Selalu ada inovasi dalam puisi. Sulit dijangkau dengan logika. Wajar, karena puisi itu kerja hati. Bukan kerja otak. Dan hati saya saat ini sedang tak bisa diajak kompromi. Jadi bagaimana mungkin saya akan bisa membuat sebuah puisi? Bahkan meski satu baris sekalipun.

Akhirnya saya harus mengakui, bahwa saya tak bakat untuk menjadi seorang penyair. Setidaknya untuk saat-saat seperti ini. Saya benar-benar tidak bisa menulis puisi. “Sebab puisiku adalah kamu, sayang,,,” bisik saya dalam hati sambil membayangkan sesosok perempuan yang datang membawa rindu.
rindu yang basah dan unyu-unyu ^_^



1 komentar:

  1. E D E N P O K E R . X Y Z mau memberikan info sedikit nih , di edenpoker ingin memberikan BONUS NEWMEMBER sebesar 10.000 ribu
    yuk langsung saja kunjungi Customer Service kami dan segera daftar kan diri anda !!!

    BalasHapus