Sudah
menjadi kebiasaan, bahwa setiap menjelang Ujian Akhir Semester (UAS), di hampir
semua lembaga penyelenggara pendidikan menggelar rapat. Tujuannya, sebagai
media Evaluasi pelaksanaan KBM selama satu semester dan persiapan pelaksanaan
UAS (pembagian jadwal pengawas ruang,
pengumuman susunan panitia UAS, penyetoran nilai, pembagian rapor, liburan,
dll.)
Kegiatan
klasik yang—menurut saya—(rata-rata) membosankan ini berlangsung setiap enam bulan sekali.
Hal-hal yang dibahas hanya itu-itu saja. siswa nakal, seragam, surat ijin,
kedisiplinan, presensi siswa, piket, dan,,, pokoknya yang itu-itu sajalah.
Bukan tidak penting sebenarnya membahas hal-hal seperti itu. Tetapi justru hal
yang paling esensi malah terpinggirkan. Bagaimana meningkatkan kwalitas akhlak
dan prestasi siswa. Apalagi saat ini, kita dihadapkan pada brutalnya arus
informasi yang tidak kepalang tanggung. Beberapa kasus justru mencoreng nama
baik dunia pendidikan. Ah,,, tak perlulah, saya sebutkan. Karena saya yakin banyak
yang paham tentang penyelenggaraan UN yang tidak jujur. Mulai dari “sengaja”
membocorkan soal, memberikan contekan pada siswa di dalam kelas, sampai
menggunakan sistem “gudang”. Yang penting lulus. Masalah jujur atau tidak, itu
mah belakangan.
Lalu,,,
hal lain yang mencoreng dunia pendidikan adalah mencuatnya kasus jual beli
Ijazah juga. mereka yang ogah menempuh pendidikan, lebih memilih cara instan.
Menyediakan sejumlah uang, lalu ditukar dengan selembar ijazah aspal. Sedangkan
ilmu yang seharusnya menjadi tujuan utama malah diabaikan. Lalu bagaimana
mungkin akan menjadi pribadi yang cerdas dan baik? ah,,, bukankah ini juga
mencoreng nama baik dunia pendidikan? Lalu siapa yang harus disalahkan?
Entahlah…
Sekarangpun
muncul “prahara” baru. yaitu rencana penerapan kurikulum 2013. Apa sih yang ada
dalam benak para petinggi dunia pendidikan itu? Apa hanya pengen gagah-gagahan
saja dengan pepatah ganti menteri ganti kurikulum? Padahal, dunia pendidikan di
daerah-daerah itu justru lebih membutuhkan perhatian khusus dari pada terjebak
dengan penerapan kurikulum baru yang itupun belum tentu bisa menyentuh lapisan
penyelenggara pendidikan di daerah. Apalagi kesiapan Tenaga Pendidiknyapun
sangat-sangat diragukan.
Bukan
hendak menyepelekan kemampuan para guru, tetapi kabar dari KOMPAS, 5 Desember 2012, cukup membuat miris. Dikabarkan, bahwa
rata-rata, guru hanya memperoleh pendidikan dan pelatihan satu kali selama
menjadi guru. bahkan jika di daerah-daerah terpencil atau kepulauan—seperti di
tempat saya, paling hebatnya ya ikut diklat prajabatan. Selebihnya, tidak ada.
Lalu bagaimana mungkin akan menjawab tantangan kurikulum 2013 yang konon lebih
di tekankan pada penggalian kreativitas siswa? Sedangkan untuk itu, tentu saja
dibutuhkan metode yang berbeda dibanding sebelumnya. Memang sih, pemerintah
berencana untuk mentraining 40.000 tenaga pendidik untuk dijadikan Trainer.
Tapi sampai kapan? Sedangkan Indonesia terdiri dari berbagai pulau dan daerah
terpencil. Bisakah menjangkau daerah-daerah terpencil? Saya tidak yakin.
Ah,,,
sudahlah… memikirkannya malah semakin membuat saya pusing (atau bosan?). saya
hanya berharap, dunia pendidikan di Indonesia semakin maju. Kualitas Akhlak
peserta didik juga semakin bagus, agar tidak ada lagi kabar miris tentang
cerdasnya seseorang dalam menilep uang rakyat. Duh,,, itu jelas-jelas bukan
keberhasilan produk pendidikan. Tapi kegagalan.
Ah iya,,,
saya lupa, hari ini mau ikut rapat ding.
Meski sejujurnya, dalam benak saya, rapat terkadang menjadi agenda tahunan yang kebanyakan membosankan.
Rapat hanya sekadar jebakan formal untuk debat kusir. Hasilnya? Masih
dipertanyakan. Tapi,,, tentu saja tidak semua rapat membosankan. ada juga rapat yang mengasyikkan. yuhuuu,,,, semoga rapat kali ini masuk kategori yang terakhir.
Tralala,,,
trilili,,, trululu,,, ^_^
E D E N P O K E R . X Y Z mau memberikan info sedikit nih , di edenpoker ingin memberikan BONUS NEWMEMBER sebesar 10.000 ribu
BalasHapusyuk langsung saja kunjungi Customer Service kami dan segera daftar kan diri anda !!!