Dua hari
ini saya dikurung rasa cemas. Memikirkan sesuatu yang akan sangat berpengaruh
terhadap perjalanan hidup saya untuk menuju masa depan. Saya seolah berada pada
tabir waktu yang sangat tipis. Lebih tipis dari kulit ari. Di balik tabir itu,
saya melihat berbagai siluet peristiwa yang bergerak. Seperti gabungan scene
film di bioskop-bioskop. Berjalan, bergerak, berjejalin, tetapi saya tetap tidak
bisa masuk dalam adegan-adegannya.
Saya masih
jadi penonton.
Ada dua rangkaian
peristiwa yang bergerak bersamaan di hadapan saya. Siluet yang satu bertabur
senyum dan bahagia. Yang kedua, penuh airmata, luka dan rasa pedih. Saya berada
diantaranya. Menyaksikan masa depan itu dengan rasa cemas. Kelak, Dua siluet itu
seolah “wajib” saya jalani salah satunya. Tidak boleh tidak.
Inilah yang
membuat rasa cemas itu semakin erat memeluk perasaan saya.
Tetapi, setiap
kali rasa cemas itu menikam dada. Saya berusaha untuk menawarnya dengan
harapan. Sebab, hanya ini satu-satunya cara bagi saya untuk lebih kuat lagi. Untuk
lebih mumpuni dalam menyongsong masa depan.
Dan harapan
itu adalah kamu, Nay,,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar