(part 1)
Kembali
saya menjajal pengalaman baru. Belajar menjadi seorang operator untuk pendataan
PTK tingkat kecamatan di provinsi Jawa Timur tahun 2012. Lumayan. Itung-itung
menambah pengalaman (plus pemasukan.
Hehe…). Karena masih baru, tentu saja saya (termasuk yang lain) tak punya bekal yang memadai. Tapi, itu bukan
halangan. LPMP Jawa Timur sudah mengantisipasinya. Kami diundang untuk
mengikuti Pembekalan Operator Pendataan PTK di Surabaya selama tiga hari, sejak tanggal 4 s/d 6 Juni 2012.
Yups!
Saya
berangkat ke Surabaya selepas sholat shubuh, kemarin. Diantar si kupu-kupu
rindu menuju terminal Bus Aryawiraraja Sumenep. Beberapa Bus AKDP sudah
menunggu dengan manis. Sepertinya tak begitu banyak penumpang yang ada di
terminal. Jika tak salah hitung, hanya ada 9 orang. 2 orang Bapak-bapak. 3
orang cewek manis. 4 cowok muda yang tampaknya mahasiswa. Hanya itu. Lalu saya
mencari Supardi (teman operator dari kec.
Kanganyan) diantara lalu lalang penjual nasi dan kacang rebus. Ketemu. Dia
sedang melamun di ruang tunggu sebelah mushalla. Kasihan. Sepertinya sudah lama
menunggu. Saya tepuk pundaknya seraya mengucap salam.
Suasana
mulai serius saat rapat singkat kami gelar. Berbagai argumentasi terlontar.
Akhirnya, setelah melewati pembahasan yang tidak melelahkan, kesepakatan
diambil. Kami akan berangkat dengan naik Bus Patas. Selain cepat, juga ber-AC.
Jadi tidak panas dalam perjalanan. Hehe,,, sedikit lebay memang. Untuk naik Bus
saja harus rapat. Nggaak laa,,, ini hanya sekedar bahasa alay saja biar sedikit
dramatis. ^_^
Pukul
06.07 WIB, Bus Patas jurusan Surabaya mulai berjalan. Deru mesin dan suara
klakson menjadi irama yang indah. Lalu lalang kendaraan. Pohon-pohon yang
seolah berlari kebelakang juga menjadi pemandangan sepanjang jalan. Saya cuekin
aja. hehe,,, saya pilih mendengarkan musik MP3 di HP lewat headset. Beberapa
lagu lawas dari NAFF mengalun satu-satu. “Di
Satu Bintang Aku Menunggu”, “Akhirnya
Kumenemukanmu”, “Tidurlah Lelap,”
“Tak Pantas Memiliki”, dan “Ketika Semua Harus Berakhir”. Lagu-lagu
itu menjadi jalinan cerita tersendiri dalam ruang telinga. Membentuk siluet
kisah unik yang tak sempat diterjemahkan.
Ahaaa,,, entah
pada lagu keberapa, akhirnya saya menyerah. Benar-benar lelap dalam mimpi.
Meski setelah bangun, saya lupa mimpi tentang apa? Huuahh,, dasar! Bus masih
terus berjalan dengan pasti. Mengguncang-guncang tubuh para penumpangnya.
Serasa berada dalam gendongan Ibu saat masih kecil.
Memasuki pertigaan
menuju gerbang jembatan suramadu, hati saya berdesir. (ih,, mulai deeh,,,). Bener kok. Berdesir beneran inii,,, Suuwweeer!
^_^ Desirannya serupa angin gunung yang membelai lembut dedaunan pisang. Hohoho…
saya pun semakin unyu-unyu karenanya. ^_^. Getar-getar tak beraturan semakin
bergemuruh. Semacam gempa sekian skala richter dalam hati saya. Untung
orang-orang yang berada dalam Bus itu tidak ikut merasakan gempa dalam hati
saya. Jika iya? Hehe,,, entahlahh,,, entahlahh,,,
Beberapa
saat berlalu, saya mulai merasakan sesuatu yang berbeda. Seperti tidak naik Bus
lagi. Tubuh saya seolah melayang di udara. Hinggap dari awan yang satu ke awan
yang lainnya. Menitipkan senyum. Menitipkan rindu. Menitipkan cinta. “suatu
saat nanti, jika ada seorang perempuan yang berhati bismillah datang ke sini,
berikanlah semua perasaan padanya. Sampaikan, bahwa aku selalu mengharap doa
darinya untuk setiap langkah cinta ini.” bisik saya setiap kali menemui awan-awan
yang berarak itu. (Ciiieee,,,, Avan
eiiy,,,). Perasaan ini mulai ranum,,, seperti,,, seperti,,,, seperti apa
ya? pokoknya,,, sulitlah menceritakannya. Hanya bisa dirasakan. ^_^.
“Bungur,,,
Bungur,,,Bungurasih… ayo,, terakhir,,,
Bungurasih terakhir!!”. Akhirnya suara kenek Bus itu menyentak kesadaran saya.
What?? ternyata Saya tidur lagi sejak tadi. Mana Supardi? Sejenak saya clingak-clinguk.
Ternyata kawan yang satu itu sudah tersenyum di bawah. Saya malah dibiarkan
tertidur lagi di bus. Untunglah saya terbangun juga. jika tidak, mungkin saya
akan hilang tak diketahui rimbanya. Lebbayyy,,,,! Hehe,,,
Baiklah
saudara-saudara… saya lanjutkan!
Saya dan
supardi kemudian berjalan terburu-buru ke tempat pemberangkatan Bus Kota.
Matahari sedang terik-teriknya saat itu. Tapi kami tidak peduli. Tujuan kami
hanya satu. Secepatnya sampai ke kantor LPMP. Segera Chek-in dan mengisi biodata. Lalu??? tidur! Sungguh,,, mata saya
tinggal 5 watt. Hanya tempat tidur yang terbayang dalam kepala saya. Hiks,,, Hehe,,,
Sesampai
di LPMP. Semua proses segera kami selesaikan. Kemudian seorang petugas
memberikan kunci kamar bertulis A-19.
“Terimakasih
pak,,,?” Ucap saya sambil senyum. Kemudian sesegera mungkin hendak berlalu. Baru
tiga langkah, “Pembukaan setengah jam lagi, Mas.” Ucap petugas yang tadi. Saya
dan supardi berhenti. saling pandang. Secara bersamaan melihat jam tangan.
Hah??!! sudah pukul 12.30 WIB. Artinya??? Tidak ada kesempatan untuk tidur,,,
Oh My God,, help me, Please... Jangan biarkan kantuk ini semakin menjadi ya Rob...
1,,, 2,,,
3,,,,
Kaabuuuur…!!!!
Buru-buru
kami menuju kamar A-19. Sialnya, ternyata kamar itu berada di lantai dua.
Anggaplah ini ujian hidup. hehe… maka, segera kami letakkan segala perlengkapan
dalam lemari. Secepatnya Mandi. Sholat. Makan. Ganti baju. Menyiapkan notebook dan print-out data. Huufft….
meski terburu-buru,,, tetap tak lupa berkabar padanya,,, ^_^ |
"Alhamdulillah,,, don't forget lunch on time,, and good Job ya..."
(tersenyum saya membaca balasan smsnya)
Ternyata jam di tangan kanan saya menunjukkan pukul 13.04 WIB. Saat kami duduk manis di ruang diklat. Belum lima menit,,, bisik hati saya menirukan gaya iklan pembersih lantai di televisi. Alhamdulillah,,,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar