Jadilah Rindu,,,


(bagian 2)
Siang itu, matahari bersinar dengan terik di terminal Bus "Bungur Asih". Panasnya menyambar wajah serta kulit saya saat turun dari Bus Patas Sumenep-Surabaya. Sakit di kepala kembali mendera. Perjalanan ini terasa semakin berat dengan kondisi tubuh yang kurang vit. Apalagi hampir 5 jam tubuh saya terguncang-guncang di dalam Bus. Jadi lengkap sudah ketidakenakan ini.
Sekilas saya melirik jam di lengan. Sudah hampir pukul 14.00 WIB. Selain pusing, rasanya perut sudah mulai keroncongan. Keringat dingin juga perlahan mulai merembes dari pori-pori kulit. Sementara saya juga belum sholat Dhuhur. Jadi, harus segera ke Masjid. Lalu makan siang. Kebetulan tak jauh dari terminal Bungur Asih terdapat masjid. Juga deretan warung yang menjual aneka makanan.
“Mas, saya langsung melanjutkan perjalanan ya,,” Fiya menyadarkan lamunan.
“Kamu ndak sholat dhuhur dulu,,,?”
“Kebetulan lagi dapat dispen Mas” jawabnya dengan senyum.
“Em,,, ya sudah, kalo gitu gak apa-apa,,, sekali lagi terimakasih atas kebaikanmu.”
“Sama-sama Mas,, saya juga berterimakasih untuk banyak hal.”
“Hal apa,,,?” Tanya saya bingung.
“Untuk sharingnya. Terus terang saya merasa nyaman ngobrol dengan Mas Avan.”
“Hehe,,, bisa aja kau Fiya.”
“Saya serius Mas.. ya udah, saya pamit dulu,, jangan lupa kirim kabar. Saya harap, ukhuwah ini tetap terjalin. Assalamu’alaikum…”
“Insya Allah,,, wa’alaikumsalam… hati-hati di jalan ya,,,” Fiya mengangguk sambil tersenyum. Saya melepas kepergian Fiya dengan doa dalam hati. Semoga Allah memberikan kemudahan atas segala urusannya. Amin…
“Jadi hadir ke rakernas atau mau ke Malang,,,?” saya terkejut mendengar suara Mas Lukman. Sekilas saya menoleh. Ternyata Mas Lukman sudah berdiri di samping pintu Bus belakang. Pantas saja saya tunggu di pintu depan gak nongol-nongol? Saya bergegas menghampirinya.
“Tujuan kita kan ke rakernas Mas,,, masak mau merubah haluan? Ya nggaklah,,, ke Masjid dulu yuk,,,?” saya terus berjalan ke Masjid. Sementara Mas Lukman mengikuti dengan senyum-senyum. Mau tidak mau, saya juga tersenyum dibuatnya.
Saya merasa lebih segar saat air wudhu membasahi wajah. Pening di kepala juga sedikit berkurang. Saya sholat dhuhur berjamaah dengan Mas Lukman dan beberapa orang lainnya. Meski tidak saling mengenal, tapi kami sudah disatukan dalam ikatan akidah. Seluruh umat muslim bersaudara. Itulah pegangan terindah buat kami. Apalagi bisa melaksanakan sholat berjamaah. Subhanallah,,, rasanya semakin erat ukhuwah ini.
Selepas sholat Dhuhur, Mas Lukman menghubungi panitia rakernas. Dalam undangan memang tercantum, bahwa peserta rakernas yang akan hadir, akan di jemput di empat titik. Bandara Juanda, Stasiun Gubeng, Terminal Bus Bungur Asih, dan Stasiun Wonokromo. Jadi nanti, kami tidak perlu kebingungan mencari tempat rakernas. Setelah bicara agak lama, Mas Lukman kemudian memberitahukan bahwa jemputan insya allah akan datang 1 jam lagi. Menurut informasi, ada beberapa orang peserta rakernas yang juga menunggu jemputan di masjid ini. saya tidak bisa memastikan siapa saja orang-orang itu. Begitu banyak orang yang sholat dan istirahat di masjid ini.
Waktu 1 jam kami manfaatkan untuk makan siang dulu. Saya dan Mas Lukman memilih warung yang dekat dengan masjid. Memesan nasi campur dua porsi, serta dua gelas teh hangat. Bedanya, kalau saya cukup dengan telur dadar sama peyek udang, (maklum, masih alergi sama daging ayam) sedangkan Mas Lukman pesannya ikan ayam. Sambil menunggu pesanan datang, kami ngobrol sambil bertukar pengalaman. Saya mendapat banyak ilmu dari Mas Lukman. Meski satu organisasi, kami masih belum kenal jauh. Maklumlah, di Sumenep, pergunu baru saja dibentuk. Sedangkan pengurusnya banyak yang belum saling kenal, termasuk saya dengan Mas Lukman.
Tapi organisasi sudah membuat kami saling belajar satu sama lainnya. Saya yang selama ini lebih banyak beraktifitas di dunia broadcasting dan kantor, kembali tergugah untuk lebih memfokuskan diri pada dunia pendidikan. Semoga Allah mengabulkan. Amin…
Setelah makan siang, kami kembali ke masjid. Adzan ashar berkumandang bersamaan dengan sampainya kami di masjid. Alhamdulillah,,, Sholat ashar kami laksanakan berjamaah. Dalam sujud terakhir, saya memohon pada Allah, agar dimudahkan segala urusan. Dikabulkan segala hajat yang baik. Dilimpahi rejeki yang barokah serta dianugerahi istri yang sholehah.
Selepas salam. Dalam tafakkur yang sedikit panjang. Dua mata saya tiba-tiba menghangat. Saya tak mampu meminta lebih banyak lagi dengan kata-kata. Saya yakin, Allah Maha Tahu segala yang terbersit dalam hati. Bahkan jikapun saya hanya mampu bicara lewat airmata. Allah pasti mengetahuinya.
Seringkali saya merasa sangat tidak layak meminta, termasuk saat ini. Tetapi saya juga tahu bahwa Allah sangat senang terhadap hamba-hambaNYA yang datang dengan bersungguh-sungguh untuk meminta. Sebab jika bukan padaNYA, lalu pada siapa lagi saya akan meminta? Allah Maha pemberi. Maha Pemurah. Maha Rahman. Maha Rahim.
*****
Sesuai dengan yang sudah dijanjikan, setelah kurang lebih 1 jam kami menunggu. Jemputan akhirnya datang juga. saya dan Mas Lukman bergegas ke mobil. Lalu tanpa saya sadari ada sekitar belasan orang yang juga menghampiri mobil jemputan. Lalu kami saling berucap salam. Saling sapa. Saling mengenalkan diri.
Ada dua mobil yang menjemput kami di terminal Bungur Asih. Lalu kami dibawa ke kantor PWNU Jawa Timur terlebih dahulu. Di sana sudah banyak peserta rakernas yang berkumpul. Lalu, perjalanan kembali dilanjutkan. Dari sana, kami diantar dengan Bus mini ke ponpes Amanatul Ummah Pacet-Mojokerto.
Perjalanan ke tempat rakernas memakan waktu hampir 2 jam. Melewati jalanan menanjak yang berkelok-kelok dan tebing yang cukup curam. Hawa sejuk alam pegunungan langsung menyapa kami. Hijau sawah dengan padi-padi yang belum tua menambah indahnya suasana. Aliran air yang cukup deras diantara saluran irigasi menandakan bahwa daerah tersebut sangatlah subur. Pepohonan juga sangat rindang. Saya terpesona dengan panorama alam seperti ini. Apalagi, senja mulai terlihat dengan sangat manja. Rona merahnya menorehkan debar di hati. Saya larut dalam imajinasi.
(adakah engkau juga tengah menikmati senja,,, duhai,,,?)
Alunan sholawat dari pengeras suara di masjid Amanatul ummah menyambut kedatangan kami. Beberapa orang panitia muncul dengan senyum hangat penuh persaudaraan. Memberikan sedikit keterangan lalu mengantarkan kami menuju tempat registrasi. Saya melangkah dengan rasa pening di kepala. Bagaimanapun juga saya sudah sampai. Jadi saya harus kuat.

Setelah selesai registrasi, kami sama-sama mendapatkan Tas hitam yang berisi Jurnal PROGRES edisi pertama. Buku ASWAJA tulisan DR. KH Asep Saifuddin Chalim (Ketua umum pergunu). Bolpoint, block note dan ID card. Lalu kami dipersilahkan menuju tempat penginapan (Asrama pondok). Satu kamar berisi 15 orang. Untunglah, masing-masing peserta disediakan kasur kecil untuk tempat tidur. Jadi, meski hawa di tempat itu sangat dingin, setidaknya saat tidur tidak akan terlalu kedinginan karena beralaskan kasur.
Setelah mandi, kami bergegas ke masjid untuk sholat maghrib berjamaah. Dilanjutkan makan malam ke tempat prasmanan yang kebetulan berada di depan kantor MA akselerasi Amanatul Ummah. Diam-diam hati saya merasa kagum dengan penataan gedung dan kemegahan bangunan yang ada di tempat itu. Sebuah Pondok Pesantren yang masih terbilang baru, tetapi sudah mempunyai santri lebih dari 3 ribu orang. Konon, ponpes Amanatul Ummah di pacet ini berdiri tahun 2006. Dalam waktu enam tahun, sudah menjadi salah satu lembaga pendidikan paling diminati oleh banyak kalangan. Subhanallah…
Selesai makan malam, kembali kami sholat isya’ berjamaah di masjid. Dalam perkiraan saya, tak kurang dari seribu jamaah yang terkumpul disitu (semoga tidak salah kira). Saya dan Mas Lukman tentu menjadi bagian dari mereka.
Sekembalinya ke kamar, kami mulai saling tegur sapa. Saling memperkenalkan diri juga. saya kebetulan sekamar dengan delegasi dari Cilacap, Garut, Jambi, Bengkulu, Lamongan, Magetan, Trenggalek. Kalau saya dan Mas Lukman jelas dari Sumenep. ^_^
Ditengah kami asyik ngobrol, tiba-tiba HP saya berbunyi. Beberapa pesan masuk dengan bersamaan. Ternyata di sini jaringan sangat sulit. Signal ngilang-ngilang. Saya buka satu-satu pesan masuk itu. Beberapa diantaranya dari kawan-kawan di Sumenep. Ada dua nomor baru. Saya buka salah satunya.
“Tidak setiap pertemuan menyisakan kenangan. Tidak setiap kenangan menyisakan senyuman. Tidak setiap senyuman menyisakan rindu. Tapi rindu selalu berhasil melahirkan senyum. Maka,,, jadilah Rindu.”
Saya terkejut membaca pesan singkat ini. mencoba mengira-ngira dari siapakah gerangan? Beberapa saat lamanya saya mencari, tapi tak sedikitpun saya dapat gambaran. Duh,,, pening mulai mengganggu konsentrasi saya. Jangan-jangan,,,? Ah,,, secepatnya saya memeriksa Log HP. Lalu saya tersenyum dibuatnya.
*****
*bersambung… ^_^

1 komentar:

  1. E D E N P O K E R . X Y Z mau memberikan info sedikit nih , di edenpoker ingin memberikan BONUS NEWMEMBER sebesar 10.000 ribu
    yuk langsung saja kunjungi Customer Service kami dan segera daftar kan diri anda !!!

    BalasHapus