Malam tadi, meski
sudah beberapa hari rasa sakit mendera kepala, menusuknusuk di atas telinga
kanan, menjalar ke bagian belakang hingga leher, tibatiba ada semacam keinginan
kuat untuk “berlari” dari rasa sakit. beberapa saat lamanya aku
menimbangnimbang rasa sakit itu. menahannya dan Akhirnya sampai pada keputusan.
Harus kuat!
tidak boleh hanya
berbaring saja menerima sakit ini. aku harus bangun, berjalan dan keluar dari
kamar ini. tapi kemana?
Radio!
ya.
Aku harus siaran.
maka, dengan tetap
menahan rasa sakit, Selepas shalat isya’, mulailah siapsiap. mengecek
perlengkapan yang harus kubawa ke radio; Ransel, HP, headset, skrip siaran,
beberapa materi kuliah,, (sapa teu bisa sambil bacabaca selepas siaran) Uuffhh,,
hampir lupa. Jaket. Cepat kuraih, lalu kuhampiri elang (motor
tersayang). Dan bremm,,,
melaju...
menikmati biasbias
lampu kota, dua sejoli yang sedang berjalan di trotoar sambil ketawaketawa,
lalu lalang kendaraan, deru mesin, bau asap knalpot, pohonpohon yang seolah
berlari ke belakang:
sungguh indah.
aku hanya bisa
tersenyum. mempercepat laju elang.
di ruang siar, aku
merasakan sesuatu yang tidak biasanya. Entah apa...
Tapi aku merasa
nyaman. aku menikmatinya,,
lagulagu bernuansa
cinta yang satusatu mengalun memenuhi hati dan pikiranku, seolah undangan
tersendiri pada ruang teduh bernama Rindu.
aha,,, lagilagi
tentang RINDU...
kau tahu? Rindu
adalah wajah lain dari cinta.
Hohoho... lagilagi
CINTA…
Apa kabar sakit
kepala?
Perlahan
menghilang...
Kemanakah engkau pergi?
Entahlah,, mungkin
sembunyi di balik hati.
Apa kabar cinta?
Baikbaik saja…
Dimanakah engkau
kini?
Masih setia di bilik
hati…
Dan aku, manusia yang
sering kali gerimis air mata saat mendengar senandung cinta,, malam ini kembali
tersungkur. Hatiku basah. Dentuman rasa itu kembali memunguti serpihan rindu
yang tercecer diantara jarak dan waktu.
Dan aku, lelaki yang
selalu menyulam mimpi pada rona wajahmu, kembali terjerat pada tafsir ketakutan
tentang jarak yang memisahkan. Lalu pelanpelan aku ingin belajar merapal mantra
rindu ini agar sampai di hatimu.
*****
Beberapa saat lamanya
aku tenggelam dalam suasana yang aku sendiri tidak paham apa
namanya. Damai, tenang, dan cinta. aku baru sadar bahwa sepasang mata
mungil yang indah tengah melihatku dari luar box siar. Bergegas aku keluar.
Sosok itu…??
Dia tersenyum.
Wajahnya berbinar
bahagia. Tubuhnya mungil. dua sayap putih tersembul di balik bajunya yang merah
muda. senyumnya semakin mengembang menyambutku.
Malam Mas…
Cupit??? Setengah
tidak percaya aku menghampirinya. Menyalaminya.
Iya,, kau masih ingat
aku?
Tentu saja, aku tidak
akan pernah melupakanmu sahabat kecilku…
Bagaimana kabarmu?
Alhamdulillah baik,,,
Hatimu?
E,, ehm,,, baik juga…
sama seperti yang dulu.. seperti awal kau memanah hatiku..
Ah, aku hanya
memenuhi keinginannya saja… tapi kau suka kan?
banget. jawabku
cepat.
Kami tertawa bersama.
Cupid adalah teman
yang mengasyikkan untuk berbagi cerita. Dengannya, segala hal menjadi indah.
Berkesan dan tidak membosankan.
O iya, panahmu masih
tersisa. Untuk siapa cupid?
Untukmu…
Hah?? Ah, jangan
mainmain,,, aku serius tanyanya,,
Lho, untuk apa
mainmain,,? aku juga serius menjawabnya..
Tapi aku kan tidak
sedang jatuh cinta cupid? Panah cinta yang kau tancapkan dulu itu, masih ada di
hatiku. Jangan tambah yang lain lagi. Aku takut nanti malah jadi masalah baru..
Hahaha,, Kenapa kau
takut?
Iya gimana tidak
takut…?? Kau tahu sendiri kan gimana hatiku sekarang? di belantara hatiku yang
terdalam, tepatnya di sebuah gubuk kecil di samping taman, sudah ada seseorang yang tinggal di sana. dia adalah satusatunya perempuan penghuni
hatiku. jadi aku tidak mau ada orang lain lagi yang menghuninya. karena itu
akan membuatnya terluka. dan aku paling tidak ingin dia terluka, apalagi sampai
menderita.
Tenanglah,,
percayalah padaku…
Please cupid,, aku
mohon jangan… aku belum siap jatuh cinta lagi..
Bukankah jatuh cinta
itu indah? segala hal akan membahagiakan.
tapi aku sudah cukup
bahagia dengan hatiku yang sekarang Cupid...
ha ha ha,,, Kau belum
tahu perempuan itu kan?
Memangnya siapa?
Sini aku bisikin.
Lalu cupid menyebut
nama seseorang. aku tersenyum...
Bagaimana? takut? Pertanyaan yang menggoda
Tentu saja tidak.
jawabku masih dengan senyum.
Lalu kulihat cupid
juga tersenyum seraya mengambil anak panah. diletakkan pada busurnya dan Siap
dilesatkan. Arahnya jelas. Hatiku.
pelanpelan desiran
itu muncul seiring detik yang terus merambat diantara panah itu...
Jrebb!!
*****
Dan aku, seseorang
yang berulangkali jatuh cinta pada alismu, bersumpah untuk selalu kembali jatuh
cinta pada matamu, bibirmu, hidungmu, pipimu, rambutmu, keningmu, dan seluruh
bagian yang akhirnya akan utuh menjadi KAMU.
Dan aku, pemuda yang
dulu melamar hatimu saat purnama ke sebelas tiga tahun silam, diamdiam selalu
mengisi cawan rindu ini setiap waktu. Kelak, saat cawan rindu ini telah penuh,
dan kau masih belum rampung mengaji kitab keafiatan, aku akan menggelar perjalanan
ke hatimu, mengantarkan cawan rindu ini padamu. Lalu teguklah pelanpelan sambil
sesekali kau hirup nafas dalamdalam. Kau pasti akan merasakan bahwa seluruh
getar rindu ini hanya untukmu.
Dan aku, lelaki yang
selalu rindu berjalan pelanpelan di bawah gerimis, sambil menikmati aliran air
hujan dari rambutku yang basah, akan mengabadikan kisah cinta kita dalam puisi.
Lalu membacakannya untukmu dalam kamar pengantin setelah penghulu menyatakan
sah pada pernikahan kita.
*dipublikasikan di
facebook, 3 Juni 2010 pukul 21:31
Tidak ada komentar:
Posting Komentar