Saat dermaga itu telah kau lihat,,,,

Konon,,,


“Aku suka memandang laut. Hamparannya begitu biru dan mengharu. Sejauh mata memandang, hanya rindu yang bertutur. Itulah kenapa aku lebih sering memandang laut dari pada sungai atau danau.” Ucapmu di sebuah shubuh yang cantik.
“apa yang kau harapkan dari laut?” tanyaku.
“kejujuran.”
“tentang apa?”
“tentang cinta”
“apa menurutmu, laut punya cinta?” tanyaku gamang
“Ya, laut adalah guru cinta yang sebenarnya. Ia menyimpan ketulusan di dalamnya. Menyimpan kesabaran yang tak terbahasakan. menyimpan keikhlasan yang tak terlukiskan. Laut juga muara dari segala hal yang bernama dendam, keculasan, dan pengkhianatan. Semuanya redam dalam arusnya yang tenang sekaligus misteri.”
“kau begitu fasih berkisah tentang laut”
“karena laut adalah rinduku”
“Ajari aku memintal laut jadi rindu” dengan tegas kukatakan kalimat itu. Sementara kau terperangah melihatku.
“Kenapa kau menatapku seperti itu?” tanyaku memburu.
“kau serius?”
“lebih dari sekedar serius”
“untuk apa?”
“untuk memahami cinta!”
“jadi kau belum tahu cinta?”
“bukan belum tahu. Tapi aku belum paham tentang cinta.”
“cinta itu tak pernah bisa untuk dijelaskan, karena ia adalah perasaan. Ia hanya hidup dalam hati. Selebihnya terbaca dalam tindakan. Kamu, aku, dan semua manusia yang normal, pasti pernah merasakan cinta, meski orang itu tidak pernah bisa membahasakannya lewat kata. Tapi aku yakin dia akan paham secara perasaan.”
“lalu apa bedanya dengan rasa kasihan?” tanyaku penasaran.
“rasa kasihan itu hanya sebentuk empati saat orang lain mengalami hal-hal yang tidak mengenakkan menurut ukuran kita. Wujud tindakannya juga bervariatif. Bergantung individunya dalam menerjemahkan.”
“baiklah,, aku ingin bertanya satu hal lagi padamu”
“tentang apa?”
“aku bingung membedakan rasa cinta dan kasihan.”
“dengarkan baik-baik. Jika ada seseorang yang memberikan perhatian lebih padamu, berkesinambungan dalam kurun waktu yang lama, bahkan bisa saja sampai bertahun-tahun, peduli akan sifat-sifatmu, memantau kesehatanmu, mengingatkan saat kau salah, menenangkan saat kau gundah, tersenyum saat kau marah, menghiburmu saat kau bersedih, menguatkan saat kau putus asa, menolongmu saat kau membutuhkan, menjagamu saat kau lengah, memegangmu saat kau hampir jatuh, mengorbankan segala apa yang bisa dikorbankan hanya untukmu, maka; itulah wajah Cinta”
“apakah rasa kasihan juga sama seperti itu?”
“aku tak akan menjawab pertanyaanmu itu. Tapi cobalah kau renungkan pertanyaanku. Seandainya,, saat ini kau tengah berlayar di lautan dengan seseorang yang awalnya hanya sebatas kau suka, lalu perjalanan itu kau tempuh selama bertahun-tahun dengannya. Berdua di atas perahu, melewati suka duka bersama. Mengatasi kesulitan bersama. Lapar bersama. Kenyang bersama. Menangis bersama. Tersenyum juga bersama. Kepanasan bersama. Kedinginan juga kau rasakan bersama. Lalu, saat dermaga itu sudah kau lihat,,, apakah kau akan melemparkan orang yang telah menemani perjalananmu itu ke laut??”
“Tidak!!”
“apa hanya karena kasihan sehingga kau tidak melakukannya??”
Aku terdiam. Tertunduk dalam-dalam…
Pelan-pelan ada rasa hangat yang merembes dari kelopak mataku. Tahukah engkau,,, bahwa akulah orang yang telah dilemparkan ke laut itu setelah hampir sampai ke dermaga? Ah,, pertanyaan itu aku kubur dalam-dalam. Karena sebentar lagi, laut pasti menenggelamkanku.
*****


*dipublikasikan di facebook, 26 Mei 2011 pukul 22:35

Tidak ada komentar:

Posting Komentar