Rasa cemas, Cupid dan Panah cinta,,,

(semacam dongeng) ^_^



       Seusai menikmati senja yang sedikit mendung, tibatiba Handphoneku bergetar. Seorang teman announcermemanggil. Kuangkat. Percakapan mengalir begitu saja. Akhirnya, dia memintaku untuk menggantinya siaran malam. Mau tidak mau aku menyanggupi. Sebab, aku juga sering minta bantuannya untuk menggantikan siaran saat ada kepentingan.
       Usai sholat maghrib, aku siap-siap. Notebook, modem, skrip siaran, bolpointblocknote, semua sudah masuk dalam ransel. Jaket hitam + kaos tangan juga sudah manis di tempat masing-masing. Bergegas kuhampiri si kupu-kupu rindu (motor matic tersayang). Lalu “bremm..” melaju dengan kecepatan sedang.
       Sudah bukan hal yang aneh lagi, jika si kupu-kupu rindu menemani perjalanan malamku. Dia memangsoulmate. Dengannya, perjalanan semakin mengasyikkan.
       Beberapa lagu mellow dari MP3 Handphone, terdengar melalui headset. Perjalanan jadi semakin istimewa. Temaram lampu-lampu jalanan yang menyapa. Sorot lampu kendaraan yang bersalipan. Dan sesekali gemuruh guntur yang disertai cahaya kilat menjilat-jilat langit. Menjadikan malam semakin fantastis.
       Sampai di studio, kulirik jam di tangan. Masih pukul 18.23 WIB, berarti ada waktu setengah jam lebih untuk menyiapkan segala sesuatu sebelum opening announ. Bergegas kutuju studio dua. Biasanya aku menyiapkan lagu-lagu dari studio dua sebelum masuk box siar. Tapi belum sempat aku masuk, tiba-tiba sebuah suara menyapa dari arah belakang.
       “Mas Avan,,” reflek aku menoleh. Terkejut. Terdiam, lalu tersenyum senang melihatnya. Aku tidak pernah menduga akan mendapat kunjungan tamu istimewa malam ini.
       “Hey,,, Aku tidak sedang mimpi kan?” Tanyaku sambil menghampiri makhluk mungil menggemaskan yang sedang tersenyum itu. Kali ini, ia memakai baju warna pink dengan motif hati. Wajahnya tampak segar dan ceria. Sesekali, sepasang sayapnya mengepak perlahan. Di punggungnya masih terdapat beberapa potong anak panah. Aku yakin, dia baru saja melaksanakan tugasnya. Maka, kuajak ia ke ruang tamu.
       “Gimana hari ini?” Tanyaku sambil mengambilkan minuman di kulkas.
       “Apanya yang gimana?” balasnya dengan alis mata terangkat. Sungguh, ia semakin menggemaskan. Aku tersenyum, lalu duduk di hadapannya sambil menyodorkan air mineral yang dingin padanya.
       “Ya tugasmu. Kau tidak sedang libur kan?”
       “Kalau aku libur, tidak ada yang jatuh cinta lagi dong Mas. Dunia tidak indah.” Kami tertawa pelan.
        “Hmm,,, iya juga sih. Tentu senang ya, jadi kamu.” Kataku mirip gumaman.
       “Setiap pekerjaan itu menyenangkan jika dinikmati Mas. Jadi penyiar juga nyenengin kan? Bisa ngibur diri dan orang lain. Otak juga menjadi lebih fress karena sambil dengerin musik. Asyik kan??” lalu tawa kami semakin tergelak.
       “Eh, siapa saja yang kau kunjungi seharian ini?”
       “Banyak Mas. Ada seorang Mahasiswi. Sekarang sudah semester 7. Ia jatuh hati pada teman PPLnya karena sering bersama. Terus, seorang penjual boneka di samping kantor Pemda. Ia suka pada rekan kerjanya. Ada juga abang tukang bakso yang mengagumi langganannya. Terus penarik odong-odong. Ia jatuh hati pada seorang janda beranak satu yang sering nemani anaknya naik odong-odong. Pokoknya banyak deh,,,”
       “Banyak juga ya, yang jatuh cinta hari ini.”
       “Sebenarnya ada lagi Mas,,,”
      “Siapa?”
      “Dia seorang penyiar radio” jawabnya dengan mata mengerjap dan senyum yang mencurigakan. Aku hanya tersenyum melihatnya.
      “Kok senyum-senyum Mas, ada apa?” tanyanya masih dengan senyum yang sama.
      “Lho,,, aku kan sedang dengerin kamu cupid, masak mo cemberut?” jawabku sambil tertawa pelan. Cupid juga.
      “Ndak boleh cemberut dong…! eh iya Mas, orang yang kumaksud itu adalah seorang pemuda yang sangat mencintai senja. Nyaris, ia tak pernah melewatkan senja yang senantiasa indah baginya. Dia juga lelaki yang suka berjalan pelan-pelan di bawah rinai gerimis sambil menengadahkan wajahnya.”
       “Lalu?”
       “Suatu ketika, ia mendapatkan telepon dari seseorang. Orang yang sebenarnya tidak asing. Begitu dekat, tapi tidak disadari sebelumnya. Mereka ngobrol dengan santai. Tentang sastra, senja, gerimis, hobby, makanan, film, music dan lain-lain. Semakin hari, pemuda itu semakin merasa nyaman. kemudian...”
       “Eh, sebentar,,, kok kayaknya ada yang aneh dengan ceritamu  cupid?” kataku memotong ceritanya.
       “Lho,,, Aneh kenapa Mas?”
       “Kayak nyindir-nyindir gimana gitu,,,”. Cupid tersenyum semakin lebar.
       “Nyindir siapa?”
        “Ya,,, ya siapa gitu,,,” kataku bingung.
        “Apa kau tak merasa Mas?”
        “Merasa apa?”
       “Hatimu berbunga-bunga.”
       “Hah???” aku tertawa mendengarnya. Dia juga. Ah, cupid. Makhluk mungil yang selalu saja membuatku senang dengan kehadirannya, kembali membuatku bahagia dengan guyonannya. Lalu kulihat, ia mengeluarkan buku kecil bersampul putih dari balik sakunya. Ia menyodorkannya padaku sambil tersenyum.
       “Apa ini?” tanyaku heran.
       “Bukalah. Lihatlah di halaman terakhir.” Meski bingung aku membuka buku kecil itu. Ternyata berisi daftar nama orang-orang yang sedang jatuh hati. Sampai di halaman terakhir aku makin terkejut. Subhanallah,,, disitu tertera namaku. sangat jelas. Tunggu. Ada nama lain di atasnya. Kueja perlahan dengan hati yang gemetar. Ya, nama itu. Nama seorang perempuan yang sangat aku kenal. Perempuan yang hatinya begitu lembut. Tutur katanya halus. Dan aku terbiasa menyebutnya dengan Perempuan berhati bismillah. Benarkah ia sedang menyukai seseorang? Lalu siapa?
       Tiba-tiba perasaanku cemas luar biasa. Keringat dingin mulai merembes dari pori-pori kulitku. Perlahan aku menatap cupid yang masih tersenyum. Ada perasaan takut yang tak biasa di hati. Jangan-jangan,,,?? Ah, aku mencoba untuk tenang dan menepis pikiran yang tidak-tidak itu. Tapi gagal.
       “Cupid,,, aku,,, aku boleh tanya,,,?” kataku gugup. Sementara cupid semakin tertawa melihat tingkahku yang barangkali sangat lucu baginya.
       “Mau tanya apa Mas? Kenapa tiba-tiba pucat gitu?”
      “Kau pasti kenal dengan pemilik nama ini kan?” tanyaku sambil menyodorkan buku yang tertera nama Perempuan berhati bismillah.
      “Iya,,, kenal. Kenapa?” tanya cupid sambil nyengir.
      “Apa dia juga sedang jatuh hati pada seseorang?”
      “Iya.”
      “Terus?”
      “Ya nggak terus.”
      “Maksudku sama siapa cupid?”
      “Sama seseoranglah,,,”
     “Ya siapa namanyaaaaaaaa,,,??” tanyaku semakin cemas. Sementara cupid tertawa penuh kemenangan.
     “Tenang Mas,,, gak usah panik gitu dong. Hehehe,,,”
     “Cupid,,, please,,, tolong katakan, dia jatuh hati pada siapa?” aku sudah tak bisa menahan deburan rasa yang bergemuruh di dada ini. Ada rasa cemas, takut kehilangan, dan sesuatu yang mirip cemburu. Entahlah,, apa yang sebenarnya terjadi padaku saat ini. Aku mulai tertunduk lesu.
      “Dia jatuh hati pada orang yang saat ini ada di hadapanku,,,” ucapan cupid yang lebih mirip bisikan itu terdengar dahsyat di telinga. Sontak aku terperangah. Tak mampu bicara. Hanya terdiam sambil menatap cupid lekat-lekat. Nyaris tak percaya. Ada rasa haru yang menyeruak perlahan. Gerimis mulai turun perlahan di altar hatiku. Basah. Sedangkan cupid sudah siap membidikkan anak panahnya. Sasarannya tepat mengarah ke dadaku.
       Perlahan aku memejamkan mata, menyiapkan hati dan pikiran untuk sebuah asa. Sebuah rasa. Sebuah masa.
      “Jrebb!!”
      Tiba-tiba ada hawa sejuk yang damai menyelusup dalam dada. Memenuhi setiap pori-pori dalam tubuh. Lalu perlahan, di altar hatiku tumbuh beraneka bunga. Kelopaknya bermekaran, beraroma puisi. Bertuliskan nama Perempuan Berhati Bismillah...
               ***


*dipublikasikan di akun facebook, menjelang gerhana, 10 Desember 2011 pukul 20:38

Tidak ada komentar:

Posting Komentar