Sepotong Rindu...

Kubawa sepotong rindu ini berlari. Menjauh dari segala kenyataan pahit yang menelusup dalam mata. aku harus pergi, sedapatdapatnya, sebisabisanya. Tidak mungkin aku bertahan dengan segala luka. Meski lelah, aku harus menembus rasa perih yang semakin menusuk ini.

Masih berlari, ribuan pertanyaan berjejalan. Haruskah aku menyerah pada luka? Entahlah... Sepotong rindu ini telah membawaku mengembara. Melewati ribuan rintangan. Bahkan ribuan luka. Mengajariku tersenyum dalam pedih. Tapi sekarang Rindu ini seolah menembus dinding kelam bernama siasia.

“aku tak butuh rindumu” kalimat itu memang tidak diucapkannya,, tapi aku merasa kalimat itu tertulis di hatinya.

Berarti, Rindu ini tak pernah diharapkannya?
Entahlah,, aku juga belum menemukan kepastian.

Rindu dengan segala pilu, yang kubawa dari ribuan musim rasa ini tampaknya memang sudah tak mampu menyentuh hatinya. Apalagi bermakna baginya. Maka tidak ada alasan bagiku untuk diam di sana. Diantara dinginnya. Jadi biarlah aku berlari saja… karena semakin jauh aku berlari, semakin jauh pula aku meninggalkan luka.
Apa yang kau bawa itu? tibatiba seseorang menyapaku dalam sebuah imajinasi.
Ini,, sepotong rindu.. kataku tanpa sadar

Sepotong rindu?
iya
Untuk siapa?
Untuk seseorang..
seseorang yang mana?
Seseorang yang telah membuatku membawa sepotong rindu ini..
Ha ha ha,,, kau aneh…
Kenapa aneh?
Bukankah kau berlari jauh, membawa sepotong rindumu karena sudah tidak berharga bagi seseoorang yang kau maksudkan itu?
Dari mana kau tahu?
Apa yang bisa kau sembunyikan dariku?
Sebenarnya kau siapa?
Aku adalah imajinasimu.
Maksudmu?
Sudahlah,, aku menemuimu bukan untuk bercerita tentangku. Tapi karena aku perihatin melihatmu.
Aku tak paham tentang keperihatinanmu?
Sudah aku bilang dari tadi, tak ada satupun yang bisa kau sembunyikan dariku. Jadi aku mengenalmu seperti kau mengenal dirimu sendiri.
Aku tidak percaya.
Kau boleh tidak percaya. Tapi aku tidak berbohong padamu.
Terus?
Aku tahu bahwa sekarang kau sedang bersedih. Kau kecewa karena jauhjauh membawa sepotong rindu untuk seseorang, tapi ternyata ia malah mengacuhkanmu. Kau berangkat dengan impian yang indah, tapi semua itu harus kau kubur dalamdalam. Aku kasihan padamu. Kau orang baik. Jujur. Perhatian dan setia. Tapi perlu kau tahu, bahwa semua itu belum cukup untuk mempersembahkan sebuah rindu untuk seseorangmu.

Tunggu dulu,, kau tidak usah mempengaruhiku. Aku tahu tentang seseorang itu.
Sebesar apa kau mengetahuinya? Sedalam apa kau memahaminya? Kau salah besar… baginya, kau tidak lebih sekedar teman biasa. Kau tidak istimewa baginya. Aku yakin kau sebenarnya tahu itu,, tapi rindumu telah menutup semua kejernihan otakmu. Seseorangmu sekarang telah menemukan dunianya, kesenangannya, kebebasannya, dan rindunya. 

Maksudmu??
Facebook.
Itu dunianya sekarang. Facebook adalah kesenanganya. Facebook adalah rindunya. Jadi jangan pernah bermimpi bahwa rindumu akan berarti baginya. Bahkan baginya, kau sudah tidak ada artinya jika dibandingkan dengan Facebook. Paham??


Aku tercengang mendengarnya,,, tubuhku menggigill. Geram, marah, kecewa.
Facebook.. benarkah? Seperti apakah Facebook itu hingga aku tidaklah berarti apaapa jika dibandingkan dengannya??. Ah,,, Facebook.

Beberapa saat aku terdiam. Sebersitpun aku tidak pernah menduga bahwa suatu saat aku akan menemukan kenyataan seperti ini. Tubuhku tibatiba seolah tanpa daya. Begitu lemah.aku terjatuh. Pelanpelan genggaman tanganku terbuka. Sepotong rindu itu menggelinding begitu saja.

***




**dipublikasikan di facebook, 19 Mei 2010 pukul 22:30

Tidak ada komentar:

Posting Komentar