Pertengkaran Kecil,,,,

sedikit lucu mungkin, gara-gara sebuah pertengkaran kecil, pikiran tiba-tiba sangat kacau. tidak enak makan. tidak nyenyak tidur (disamping banyak nyamuk), tidak bisa konsentrasi dan sangat malas untuk beraktifitas. tapi pertengkaran tetaplah pertengkaran. terjadi, maka terjadilah.

dalam dunia pertengkaran, tentu saja kita tidak bisa menyamakan semua bentuk pertengkaran. karena paling tidak, dunia pertengkaran itu terbagi menjadi beberapa macam.

pertama, pertengkaran super.
dalam level ini, pertengkaran menjadi sesuatu yang teramat dahsyat. menjadi ajang saling menjatuhkan antara satu sama lain. pertengkaran super tidak cukup menggunakan mulut untuk saling menjatuhkan. tapi tangan, kaki dan seluruh anggota badan bisa menjadi alat pendukung. bahkan tak jarang berbagai jenis senjata ikut andil di dalamnya. mulai dari sapu lidi, pentungan, pisau, pistol, granat, meriam, rudal dan sebagainya, dan sebagainya. puncak dari pertengkaran jenis ini adalah: MATI.

kedua, pertengkaran berat.
yang termasuk dalam level ini adalah pertengkaran yang berujung pada kebencian. senjata tidak sampai ambil bagian pada jenis ini. tapi dalam kehidupan kamasyarakatan, terkadang pertengkaran seperti ini seolah menjadi acara “favorit” yang kudu ada. baik antar tetangga dekat atau antar desa sekalipun. anggaplah sebuah penyeimbang dalam kehidupan. ada kedamaian ada perseteruan. 
(hehe…) “topik” pertengkaran level ini terkategori berat, sehingga harus diselesaikan dengan satu kata. BENCI! dan mulailah benih permusuhan bersemi manis dalam hati. tumbuh subur menjadi dendam berkepanjangan. dan motto “tiada maaf bagimu” akan selalu tertulis di hati masing-masing.

ketiga, pertengkaran sedang.
andai saja dilakukan penelitian, mungkin pertengkaran level sedang ini akan menempati rating tertinggi. “topik” bahasan dalam pertengkaran ini sangat beragam. mulai dari ekonomi, sosial, rumah tangga, bahkan politik. tempatnya pun bisa dimana-mana. warung kopi, pasar, sekolah, kampus, jalan raya, kamar tidur, atau malah gedung parlemen. ada ciri kusus dalam level ini. biasanya hampir di setiap pertengkaran, muncul “tokoh” tritagonis. karena individu inilah yang lebih sering bisa mendamaikan pertengakaran. mencarikan solusi bagi yang bertengkar, bahkan bisa menjadi salju bagi mereka yang dalam hatinya sedang panas. kemunculan “pahlawan” ini biasanya efektif dalam pertengkaran level sedang ini. karena para petengkar tidak sampai masuk pada wilayah kebencian.

keempat, pertengkaran ringan.
terkadang, pertengkaran tidak butuh alasan berat untuk meledak namanya saja pertengkaran ringan. tentu “topik”nya juga termasuk yang ringan-ringan saja. mungkin, salah kirim sms_lah, cemburulah, ingkar janji, tidak tepat waktu, lupa jemput, warna baju tidak cocok, dan “topik” ringan lainnya. pertengkaran jenis ini lebih sering bermula dari kesalahpahaman kecil saja. tapi karena terlanjur jadi “topik” bahasan, maka lahirlah pertengakaran ringan itu. terkadang, bagi sebagian besar kalangan, hal ini akan menjadi awal sebuah ikatan yang lebih erat, lebih kuat, lebih hangat, dan lebih indah. karena dari sinilah, masing-masing individu bisa saling lebih memahami kekurangan satu sama lainya. bisa saling introspeksi dan saling mengingatkan. ujung dari pertengkaran ringan ini tentu saja adalah: MAAF.

dari keempat level pertengkaran, jenis pertama sampai ketiga sangat tidak bagus. karena jelas-jelas mengganggu hidup dan kehidupan sesama, merecoki kedamaian dan terkadang juga menelan korban. harta, nyawa, dan perasaan.

tetapi, bagaimanapun juga, sebuah pertengkaran selalu tidak mengenakkan. apapun “topik”nya. di situ, terkadang emosi tiba-tiba melonjak begitu saja tanpa kendali. mengundang nada tinggi pada suara, tempo cepat dalam bicara, sesak dalam dada, sengal dalam nafas, dan tentu saja sakit dalam hati. yang lebih parah, terkadang nyawa juga harus melayang 
(na’udzubillah…).

jadi kalau kita harus bertengkar,,, marilah kita “bertengkar” dengan level yang lain sayang…
bertengkar dalam pertengkaran yang sangat ringan-ringan saja. pertengkaran yang santai, tidak perlu emosi dan tidak perlu mengikutsertakan kebencian apalagi senjata dalam pertengkaran kita. karena dengan pertengkaran yang demikian, kita akan lebih saling memahami satu sama lainnya. saling mengigatkan atas salah kita masing-masing, lebih saling menyayangi dan tidak ingin kehilangan.
dan yang terakhir, dengan “pertengkaran” seperti itu, aku akan semakin menyayangimu… percayalah..



**
(tulisan ini pernah saya publikasikan di akun facebook pada 21 Februari 2010 pukul 2:00. saya hadirkan di sini karena saya baru punya blog, jadi semangat awalnya adalah mengarsip beberapa tulisan yang terserak di "tempat lain". hehe....)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar