Tentang rumah rindu,,,


Semalam, aku bahagia sekali Putri,,, bahagia karena kau menelponku setelah beberapa hari seolah lupa bahwa ada sepotong hati yang selalu menunggu telepon darimu. Dan hati itu milikku. Ah, barangkali kau sibuk dengan tugas-tugas kuliahmu.

Ada dua hal yang selalu membuatku bahagia setiap kali kau menelponku Putri,,,
Pertama, karena aku merasa semakin berarti saat diteleponmu. Kedua, karena rindu yang bergejolak dalam hati, semakin ranum dan dalam. Begitulah rinduku padamu. Rindu seorang ksatria unyu-unyu pada seorang putri… ^_^

Suatu saat nanti, jika kau punya waktu luang,,, aku ingin mengajakmu mengunjungi sebuah tempat di kampungku. Disana, kau akan menemukan suasana teduh. Ada hamparan sawah-sawah yang menghijau. Ada bulir-bulir padi yang mulai menyembul. Ada rerumputan hijau di sepanjang pematang dan tepian setapak jalan yang bakal kita lalui. Pohon-pohon mahoni, dadap, kelor, akasia, jati, beringin, kelapa, dan pisang, akan menjadi pamandangan tersendiri yang semakin menambah teduh suasana. Di sana, Kau juga akan menjumpai berpasang kupu-kupu cantik yang tak pernah lelah berkejaran diantara dahan dan reranting. Ribun capung juga akan kau lihat melayang-layang memamerkan keceriaan. Oh iya Putri, kau akan aku ajak berburu capung, atau kupu-kupu,,, kau pasti akan suka.

Setelah itu, aku ingin menunjukkan sebuah rumah mungil padamu. Aku menyebutnya rumah rindu. Sebuah rumah mungil yang sengaja aku bangun untuk masa depan kita. Rumah itu, aku dirikan di antara pohon beringin yang besar dan teduh. Tak jauh dari tempat itu, terdapat rumpun-rumpun bambu yang cantik. Sengaja aku memilih tempat yang teduh itu, agar saat istirahat, kita bisa menikmati semilir angin pegunungan yang sejuk. Suara gemericik air sungai yang meningkahi batu-batu, juga akan sangat jelas terdengar. Deru angin, cericit burung-burung, keresek dahan-dahan, adalah orkestrasi indah yang senantiasa ada di sekitar rumah rindu.

Kukatakan demikian, karena aku sering menikmatinya di rumah rindu itu Putri,,, saat hati menderu rindu padamu, aku selalu pergi ke rumah itu. Menikmati senja dengan selembar kertas dan bolpoint tinta biru. Di sana, aku kerap menulis sajak rindu untukmu. Kemudian, aku menempelkan sajak-sajak itu di dinding rumah rindu. Dengan harapan, suatu saat nanti, jika kau sudah sampai di rumah rindu, kau bisa membaca sajak-sajakku itu. Aku yakin kau suka Putri,,, sebab, setiap huruf yang kutulis, senantiasa kudzikirkan rindu padamu.

Oh iya Putri,,, Di halaman depan rumah rindu,,, aku menanami bebungaan yang senantiasa mengalirkan wangi. Di pojok kiri, aku menanami bunga melati. Jika tak salah hitung, ada tiga puluh tiga pohon, dengan ranting yang saling bersentuhan satu sama lainnya. Saat musim bunga tiba, bunga melati itu selalu merekah di pagi hari. Menyapa embun, menyapaku, menyapa rindu.

Di pojok kanan, aku menanami enam puluh enam pohon mawar. Sengaja aku memilih aneka mawar untuk kutanam di sana, karena aku tahu kau paling suka bunga mawar. Jadi, kau bisa menikmatinya saat berbunga. Kau juga bisa merawat bunga-bunga itu dengan kasih sayangmu yang wangi. Ada bunga matahari juga di halaman rumah rindu. Sedangkan bunga anggrek, kamboja, gelombang cinta, sri rejeki, cemara udang, dan beberapa bunga lainnya, aku tanam dalam pot-pot kecil yang menghias beranda rumah.

Lalu di halaman itu, aku juga menanaminya dengan rumput buffalo. Rumput yang lembut saat tersentuh kaki. Biar kita merasa betah duduk di sana sambil menikmati senja. Atau menikmati sinar bulan yang benderang, sambil berdongeng tentang rindu dan cinta. Putri,,, di halaman itu, aku sudah membuat jalan kecil dari bebatuan sungai yang membentang dari pintu halaman sampai beranda rumah. Taman kecil dengan berbagai ikan kecil warna-warni juga sudah aku rampungkan di samping kiri. Sebagai pagar halaman, aku sengaja menanaminya dengan deretan beluntas. Selain bagus untuk pagar halaman, beluntas juga bermanfaat untuk penyembuhan tradisional atau sebagai sayur. Ada pohon mangga dua batang di dekat taman. Aku sengaja menanamnya dengan harapan, kelak, saat kita punya anak, mangga itu sudah berbuah. Dan kita bisa menikmatinya dengan rasa syukur yang melimpah.

Satu lagi Putri,, di halaman belakang, aku sudah menyiapkan berbagai macam tanaman toga, sayur-sayuran dan buah-buahan segar lainya, seperti pisang, pepaya, anggur dan jambu. Kau bisa menambahnya nanti sesuai dengan keinginanmu, karena rumah rindu ini akan jadi rumah rindu kita.

Rumah itu memang berukuran kecil Putri,,, hanya cukup menampung kita dan anak-anak kita nanti. Aku juga belum menata dengan pasti apa saja yang harus ada di dalam rumah rindu. Semuanya kuserahkan padamu. Sementara, hanya ada satu tempat tidur kecil yang terbuat dari pohon jati untuk pelepas lelahku. Tak banyak ukiran, karena aku lebih suka yang minimalis. Dua buah kursi di beranda dalam. Satu meja pendek yang memanjang dan satu lemari kayu tempat buku di ruang perpustakaan. Tak ada kursi di situ. Aku hanya menghampari ruang perpustakaan itu dengan karpet tebal yang lembut berwarna biru. Jadi saat membaca buku, kita bisa langsung membacanya sambil duduk di bawah.

Tapi sekali lagi,,, aku sengaja belum menatanya Putri,,, karena aku berharap, kau sendiri yang menatanya dengan kepekaan hatimu. Aku hanya akan menyiapkan apa saja yang kau butuhkan.

Kau mungkin agak sedikit heran Putri,,, sebab rumah rindu yang kubuat itu bukan terbuat dari adonan semen dan batu bata seperti kebanyakan rumah sekarang. Tak ada kaca sedikitpun di jendelanya. Semua terbuat dari kayu. Rumah rindu itu, aku dirikan dengan papan-papan kayu jati yang sudah dihaluskan sebagai dindingnya. Untuk atap, aku menggunakan tataan ilalang yang sudah diGhutos dengan rapi. Aku memilih ilalang karena senantiasa bisa menjaga stabilitas hawa di dalamnya agar terasa tetap sejuk meski matahari kebetulan begitu teriknya. Ilalang juga mampu menahan guyuran hujan paling deras sekalipun. Dan kita tidak akan menjumpai atap yang bocor.

Rumah rindu adalah rumah yang alami Putri,,, aku ingin, nanti, hidup kita berdampingan dengan alam yang indah. Kita asuh anak-anak kita dengan penuh kasih sayang di tengah-tengah hamparan sawah, kebun dan tepian gunung. Alam akan selalu mengajarkan kebajikan pada kita. Alam juga akan selalu menjadi inspirasi untuk menulis. Termasuk menulis rindu. Maka, siapapun nanti, yang berkesempatan mengunjungi rumah rindu kita. Aku ingin mereka meninggalkan jejak lewat tulisan. Apakah tentang rindu, cinta atau senja. Ah,,, pasti indah ya Putri,,, setiap kita kedatangan sahabat atau saudara, maka dinding rumah rindu akan bertambah elok dengan tulisan-tulisan mereka.

Untuk sementara, karena kau masih belum di sini, jika ada sahabat atau saudara yang datang bertandang,,, biarlah aku sendiri yang menemuinya,,, akan kubuatkan secangkir kopi panas dengan ketela rebus, atau buah-buahan segar dari belakang rumah rindu. Dan kau,,, selesaikanlah dulu kuliahmu,,, aku dan rumah rindu akan senantiasa bersabar menunggu.

Putri,,, rasanya sudah cukup aku berkisah tentang rumah rindu padamu. Sebuah rumah, tempat menampung segala cerita rindu, cinta dan senja. Saat punya waktu luang nanti, lihatlah sendiri. Siapa tahu, liburan semester depan, kau ada waktu. Aku tunggu ya,,,

Aku merindukanmu dengan utuh….

5 Maret 2012

**jangan heran ya,, jika tiba-tiba aku memanggilmu “Putri” seperti dalam dongeng Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh. Sebab, kau bisa menjadi apa saja dalam hatiku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar