Menunggu Perpisahan,,,


Sejak hari ini, sampai beberapa pekan ke depan, aku sudah menyiapkan beberapa potong kenangan yang aku yakini akan sangat berarti untuk masa depanku. Untuk generasiku. Dan untuk orangorang beruntung kelak, yang berkesempatan mendengar pituturku tentang kenangan itu. Tentu saja aku tidak mainmain dengan niatan ini. Karena sebuah kenangan, bagiku seperti jendela guna mengintip kehidupan masa lalu dan untuk pegangan dalam meretas langkahlangkah ke depan.


Tentu... seperti halnya kisahkisah kenangan yang telah tercatat sebelumnya, sejak kelahiran manusia pertama sampai detik usiaku sekarang, maka sepotong kenangan akan tercipta dari beberapa helai kisah mengesankan yang telah disulam dengan perasaan. Lalu Tersimpan dalam hati dan Mengendapendap dalam sel otak.

Begitu juga kenangan yang pelanpelan telah aku jalin. Hampir rampung. Tinggal menunggu ending saja. Ah, tampaknya aku harus bersabar untuk ending itu, meski sebenarnya aku sudah bisa menduga bahwa akan ada beberapa pasang mata yang bakal sebab dengan air mata. Lelehannya akan membentuk liukan miniatur sungai yang melintas melewati tepian pipi kanan dan kiri. Ya… aku sudah membayangkannya sekarang meski belum berani memastikan. Lalu dari guliran air suci itu, akan terseruak semacam orkestrasi isak. Meski iramanya tidak teratur, tapi aku yakin akan menjelma keindahan tersendiri. Indah sekaligus menyakitkan. Dan aku akan belajar kembali pada rasa sakit itu.

Duh,,,

Melewati ratusan hari dalam kebersamaan yang indah, sambil tersenyum bersama, atau malah tertawa bersama, tentu saja akan menjadi sebuah kenangan yang sangat sulit untuk dilupakan. Lalu, ketika tiba pada sebuah ujung yang bernama PERPISAHAN. Sekedar meminjam istilah dari lagu Sheila on 7, bahwa kisah-kisah semacam itu akan menjadi kisah klasik untuk masa depan. Akupun yakin dengan semua itu.

Kebersamaan yang indah tentu tidak melulu harus dilewati dengan senyum atau tawa. Tapi kebersamaan yang indah adalah kebersamaan yang di dalamnya juga ada air mata, ada kesedihan, ada kekesalan dan sedikit rasa kecewa+marah. Ada rasa saling memiliki di sana. Saling membutuhkan. Saling berbagi kisah, penderitaan, juga kebahagiaan. Saling menyemai rindu ketika beberapa saat tidak bertemu. Saling 
ngambek ketika terjadi kesalahpahaman. Saling meledek ketika salah satu diantaranya ada yang dianggap tidak seperti biasanya.

Tapi sejak hari ini, aku hanya menunggu detikdetik perpisahan. Menunggunya seperti menunggu detikdetik kematian. Pasti ,tapi belum tahu kapan. Niscaya, tapi entah…

Lalu tiap bagian waktu yang hilang dari perjalanan harihariku hanya menjelma kesakitan tersendiri. Sakit karena aku tahu bahwa perpisahan itu pasti. Aku tidak bisa menawarnya lagi. Barangkali, aku harus melebur kembali pada filsafatnya jikustik yang kurang lebih teruntai...
“Mungkin dengan perpisahan, kita kan mengerti, arti pertemuan….”
Tidak ada yang bisa kulakukan selain menerima perpisahan itu dengan rasa sakit. Tapi aku percaya bahwa sakit itu akan indah dengan keikhlasan.

Aku akan selalu belajar kembali pada kebersamaan dan perpisahan itu…

*****

Note:
Buat anakanakku di MAN dan di Robin. Jika dalam rentang kebersamaan kita selama ini, teramat banyak salah dan khilaf yang sempat aku buat pada kalian. Maka maafkanlah Nak,, Maafkanlah.. Sungguh, aku tidak bermaksud menyakiti kalian. Aku justru menyayangi kalian. Kenanglah aku, seperti aku akan mengenang kalian. Suatu saat kelak, aku ingin menangis diamdiam dalam tempurung hati paling dalam, pada saat aku mendengar bahwa kalian tumbuh jadi generasi yang sukses dalam naungan Allah Sang Maha Kekasih. Amin..
(Maafkan karena sekarang aku juga lancang menggunakan kata “AKU” pada kalian)





**dipublikasikan di akun facebook, 11 April 2010 pukul 17:28

Tidak ada komentar:

Posting Komentar